Artikel ini adalah kisah dari Sdri. Irawati selama merantau di Negeri Jerman. Semoga bermanfaat.
Malu Ber-Islam?
Selama di Jerman ini, ketika bersama, maupun ketika saya pergi sendirian saya dan suami sering mendapatkan suatu pertanyaan. Pertanyaan yang sama dari beberapa orang yang kami temui ketika berbelanja, ketika berjalan-jalan, maupun teman kerja atau kuliah. Pertanyaan yang mungkin dipicu karena mereka melihat saya menggunakan hijab. Yang bertanya adalah orang muslim lainnya yang berasal dari Turki, Iran, Syria, dan Mesir. Pertanyaan yang sering diajukan itu adalah : Apakah kamu muslim? Apakah kamu bisa membaca Quran? Apakah kamu sembahyang 5 waktu sehari? Ketika kami menjawab ya, mereka terkejut, entah karena mereka merasa aneh, atau respek, kami tak tahu.
Saya sendiri, have no idea why they asked us like that? Di negara ini, biasanya orang cuek dan tak mau tau, kita beragama atau tidak. Namun, pertanyaan-pertanyaan mereka terkadang memicu saya untuk menanyakan hal yang sama kepada mereka atau kepada orang lain. Biasanya yang saya tanyai adalah orang Turki, Afrika, atau orang yang memiliki nama berbau Arab. Saya bertanya : Apakah anda muslim? Beberapa dari mereka menjawab dengan bangga, dan mengucapkan alhamdulillah. Namun tak sedikit yang jawabannya sering mebuat saya mengernyitkan dahi. Ada yang menjawab, ja aber nicht ganz (ya, tapi nggak keseluruhan). Mungkin maksudnya, muslim tapi nggak kaffah. Ada pula yang menjawab, saya 50 persen muslim. Kadang pula ada yang menjawab, saya nggak terlalu muslim kok. Atau pernah seorang teman suami saya menjawab, saya muslim, tapi saya nggak ingin orang lain tau kalo saya muslim. Nah lho.
Saya jadi bertanya-tanya lagi, mengapa mereka menjawab demikian. Sebagian dari mereka mengatakan, bahwa sebenarnya mereka merasa enggan dan malu jika orang- orang, terutama orang jerman mengetahui bila mereka bergama Islam. Ah, jadi disitu tho masalahnya, pikir saya. Salahkah mereka jika merasa begitu? Malu, sehingga tak mau menunjukkan identitasnya sebagai muslim. Maraknya Islamophobia di kalangan masyarakat eropa, adanya kesan yang mendalam bahawa Islam identik dengan keterpurukan, kemiskinan dan terorisme, ataupun alasan lain yang mereka miliki, mungkin merupakan penyebabnya.
Alhamdulillah, menurut pengalaman pribadi, selama ini kami hampir tidak pernah mengalami kejadian yang kurang baik sehubungan dengan keislaman kami. Mungkin ada beberapa orang yang sinis melihat saya mengenakan hijab. Namun tak sedikit pula yang respek maupun berempati kepada saya. Kami juga bisa menjalankan ibadah-ibadah seperti sholat, puasa, dsb dengan tenang. Kami juga tidak merasa malu mengatakan diri kami muslim. Menurut saya, kalo kita yang muslim merasa malu dengan keislaman kita, maka, bagaimana mungkin kita menjadikan islam lebih maju dan menjadi agama yang disegani? So, be proud to be a moslem!:)
Dan, semoga saja kita semua bisa ber-istiqomah dalam ber-islam. Insyaallah. (Source : Aprilia Blog )
Malu Ber-Islam?
Selama di Jerman ini, ketika bersama, maupun ketika saya pergi sendirian saya dan suami sering mendapatkan suatu pertanyaan. Pertanyaan yang sama dari beberapa orang yang kami temui ketika berbelanja, ketika berjalan-jalan, maupun teman kerja atau kuliah. Pertanyaan yang mungkin dipicu karena mereka melihat saya menggunakan hijab. Yang bertanya adalah orang muslim lainnya yang berasal dari Turki, Iran, Syria, dan Mesir. Pertanyaan yang sering diajukan itu adalah : Apakah kamu muslim? Apakah kamu bisa membaca Quran? Apakah kamu sembahyang 5 waktu sehari? Ketika kami menjawab ya, mereka terkejut, entah karena mereka merasa aneh, atau respek, kami tak tahu.
Saya sendiri, have no idea why they asked us like that? Di negara ini, biasanya orang cuek dan tak mau tau, kita beragama atau tidak. Namun, pertanyaan-pertanyaan mereka terkadang memicu saya untuk menanyakan hal yang sama kepada mereka atau kepada orang lain. Biasanya yang saya tanyai adalah orang Turki, Afrika, atau orang yang memiliki nama berbau Arab. Saya bertanya : Apakah anda muslim? Beberapa dari mereka menjawab dengan bangga, dan mengucapkan alhamdulillah. Namun tak sedikit yang jawabannya sering mebuat saya mengernyitkan dahi. Ada yang menjawab, ja aber nicht ganz (ya, tapi nggak keseluruhan). Mungkin maksudnya, muslim tapi nggak kaffah. Ada pula yang menjawab, saya 50 persen muslim. Kadang pula ada yang menjawab, saya nggak terlalu muslim kok. Atau pernah seorang teman suami saya menjawab, saya muslim, tapi saya nggak ingin orang lain tau kalo saya muslim. Nah lho.
Saya jadi bertanya-tanya lagi, mengapa mereka menjawab demikian. Sebagian dari mereka mengatakan, bahwa sebenarnya mereka merasa enggan dan malu jika orang- orang, terutama orang jerman mengetahui bila mereka bergama Islam. Ah, jadi disitu tho masalahnya, pikir saya. Salahkah mereka jika merasa begitu? Malu, sehingga tak mau menunjukkan identitasnya sebagai muslim. Maraknya Islamophobia di kalangan masyarakat eropa, adanya kesan yang mendalam bahawa Islam identik dengan keterpurukan, kemiskinan dan terorisme, ataupun alasan lain yang mereka miliki, mungkin merupakan penyebabnya.
Alhamdulillah, menurut pengalaman pribadi, selama ini kami hampir tidak pernah mengalami kejadian yang kurang baik sehubungan dengan keislaman kami. Mungkin ada beberapa orang yang sinis melihat saya mengenakan hijab. Namun tak sedikit pula yang respek maupun berempati kepada saya. Kami juga bisa menjalankan ibadah-ibadah seperti sholat, puasa, dsb dengan tenang. Kami juga tidak merasa malu mengatakan diri kami muslim. Menurut saya, kalo kita yang muslim merasa malu dengan keislaman kita, maka, bagaimana mungkin kita menjadikan islam lebih maju dan menjadi agama yang disegani? So, be proud to be a moslem!:)
Dan, semoga saja kita semua bisa ber-istiqomah dalam ber-islam. Insyaallah. (Source : Aprilia Blog )
Labels:
ISLAM UNTUK KITA
Thanks for reading Mengapa Malu Beragama Islam..?. Please share...!
0 Comment for "Mengapa Malu Beragama Islam..?"