Bismillahirrahmanirrahim...,
Kuwalitas jiwa amat bergantung pada kualitas akal dan kesadaran, kesadaran dimaksud bukan sekedar melek akan tetapi berkemampuan memahami dan merasakan adanya interaksi. kalau akal dan kesadaran baik dan sehat maka jiwapun sehat, begitupun sebaliknya. Maka kesimpulannya, jiwa seseorang amat bergantung pada akal dan kesadaran. Dan akal, serta kesadaran seseorang tidaklah statis melainkan bertingkat-tingkat seiring dengan kesadarannya.
Kualitas jiwa ada 4 tingkatan :
* Kesadaran Indrawi adalah : Kesadaran terendah bagi seseorang, yang berfungsi ketika berinteraksi dengan lingkungannya, karena kesadaran mewakili jiwa maka kesadaran indrawi juga menggambarkan kualitas jiwa maka kesadaran indrawi juga menggambarkan kualitas jiwa terrendah. Dimana jiwa mampu berinteraksi dengan lingkungannya melalui panca indra yang cenderung materialis.
* Kesadaran rasional / ilmiyah : Seseorang yang banyak pengalaman, akan berusaha memahami realitas kehidupan dengan mengeksplorasi lebih jauh daripada bertumpu pada panca indra, dan akan lebih banyak ambil pelajaran dari pengalaman orang lain. Bahkan akan menyimpulkan dari berbagai penelitian. Khasanah menghadapi berbagai pengalaman hidup inilah yang kemudian disebut ilmu pengetahuan. Ia dikembangkan berdasar rasionalitas persoalan kebutuhan hidup manusia. Maka orang yang menggunakan berbagai khasanah keilmuan untuk memahami realitas hidupnya ini telah mencapai kesadaran rasional alias ilmiah. “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al Ankabut 43), dan Ali Imran 190, 191, Ar Ra’at 19, Al Ankabut 35, dll.
* Kesadaran spiritual : Kesadaran Tingkat ini pemahamannya mulai bergeser dari rasionalitas menuju pemahaman yang lebih mendalam. Ia melihat adanya realitas tidak teramati oleh ilmu empiric dan pendekatan rasional. Sehingga rasionalnya bergeser bertumpu pada “RASA”. Rasa kekaguman yang mendalam terhadap realitas yang tidak diduga-duganya. Ia melihat dan merasakan suatu yang Maha Perkasa dibalik realitas yang dieksplorasinya, ia bertemu dengan sebuah Kekuasan yang tiada terperikan, yang mengatur, mengendalikan seluruh semesta dengan kecerdasan yang Maha luar biasa, dan ia melihat semesta ini sebuah Maha Karya yang diciptakan oleh yang Maha Pencipta.
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?.” (Al Mulk 03),
“Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadi (susunan tubuhmu), seimbang.” (Al Infitar 07), dan An Nahl 12, Al Haj 46, Al Ankabut 63, Al Mukmin 67 dll.
* Kesadaran Tauhid : Inilah kesadaran tingkat tertinggi manusia, kesadaran ini didapat dari proses kesadaran spiritual dan membutuhkan cukup waktu untuk mencapainya. Cirinya adalah menyatunya seluruh pemahaman menjadi Tauhidullah, alias mengesakan Allah semata melalui seluruh sikap dan perbuatannya. Yang dalam islam disebut muslimun. Kesadaran tauhid muncul dari sebuah surprice dari perjalanan panjang dalam pencaharian Tuhannya yang tidak kenal lelah, kemanapun kita menghadap selalu ketemu dengan Allah.
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 115),
“Kepunyaan Allah-lah apa yang dilangit dan apa yang dibumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (An Nisa’ 126).
Betapa Allah meliputi segala sesuatu, kemanapun kita menghadap disitulah wajah Allah, dengan benda atau dengan apapun kita berinteraksi disitu juga ada Allah, sedang menghadapi apapun kita juga berhadapan dengan Allah, bahkan Allah hadir disekujur tubuh kita, mulai denyut jantung, tarikan nafas, geliat otot, percikan sinyal-sinyal listrik syaraf baik syaraf tubuh maupun syaraf otak, dll. Allah hadir diseluruh penjuru sisi kehidupan ini. Kita tidak bisa membayangkan jika Allah tidak hadir pada satu sisi saja walau sekecil apapun dalam kehidupan kita, maka akan menjadi awal keamburadulan kehidupan dan kengerian amat sangat tak terperikan.
Allah berfirman “Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur, kepunyaan-Nya apa yang ada dilangit dan di bumi”. Allah selalu dalam kesibukan mengurus mahluk-Nya “Semua yang ada dilangit dan dibumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Ar Rahman 29). Apakah anda masih ada keberanian untuk berbuat sesuatu yang tidak disukai Allah?....
Wallahu alam bissowab....
Selamat beraktifitas berselimut dzikrullah....
Kuwalitas jiwa amat bergantung pada kualitas akal dan kesadaran, kesadaran dimaksud bukan sekedar melek akan tetapi berkemampuan memahami dan merasakan adanya interaksi. kalau akal dan kesadaran baik dan sehat maka jiwapun sehat, begitupun sebaliknya. Maka kesimpulannya, jiwa seseorang amat bergantung pada akal dan kesadaran. Dan akal, serta kesadaran seseorang tidaklah statis melainkan bertingkat-tingkat seiring dengan kesadarannya.
Kualitas jiwa ada 4 tingkatan :
- Kesadaran Indrawi,
- Kesadaran Rasional / Ilmiah.
- Kesadaran spiritual dan
- Kesadaran tauhid.
* Kesadaran Indrawi adalah : Kesadaran terendah bagi seseorang, yang berfungsi ketika berinteraksi dengan lingkungannya, karena kesadaran mewakili jiwa maka kesadaran indrawi juga menggambarkan kualitas jiwa maka kesadaran indrawi juga menggambarkan kualitas jiwa terrendah. Dimana jiwa mampu berinteraksi dengan lingkungannya melalui panca indra yang cenderung materialis.
* Kesadaran rasional / ilmiyah : Seseorang yang banyak pengalaman, akan berusaha memahami realitas kehidupan dengan mengeksplorasi lebih jauh daripada bertumpu pada panca indra, dan akan lebih banyak ambil pelajaran dari pengalaman orang lain. Bahkan akan menyimpulkan dari berbagai penelitian. Khasanah menghadapi berbagai pengalaman hidup inilah yang kemudian disebut ilmu pengetahuan. Ia dikembangkan berdasar rasionalitas persoalan kebutuhan hidup manusia. Maka orang yang menggunakan berbagai khasanah keilmuan untuk memahami realitas hidupnya ini telah mencapai kesadaran rasional alias ilmiah. “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al Ankabut 43), dan Ali Imran 190, 191, Ar Ra’at 19, Al Ankabut 35, dll.
* Kesadaran spiritual : Kesadaran Tingkat ini pemahamannya mulai bergeser dari rasionalitas menuju pemahaman yang lebih mendalam. Ia melihat adanya realitas tidak teramati oleh ilmu empiric dan pendekatan rasional. Sehingga rasionalnya bergeser bertumpu pada “RASA”. Rasa kekaguman yang mendalam terhadap realitas yang tidak diduga-duganya. Ia melihat dan merasakan suatu yang Maha Perkasa dibalik realitas yang dieksplorasinya, ia bertemu dengan sebuah Kekuasan yang tiada terperikan, yang mengatur, mengendalikan seluruh semesta dengan kecerdasan yang Maha luar biasa, dan ia melihat semesta ini sebuah Maha Karya yang diciptakan oleh yang Maha Pencipta.
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?.” (Al Mulk 03),
“Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadi (susunan tubuhmu), seimbang.” (Al Infitar 07), dan An Nahl 12, Al Haj 46, Al Ankabut 63, Al Mukmin 67 dll.
* Kesadaran Tauhid : Inilah kesadaran tingkat tertinggi manusia, kesadaran ini didapat dari proses kesadaran spiritual dan membutuhkan cukup waktu untuk mencapainya. Cirinya adalah menyatunya seluruh pemahaman menjadi Tauhidullah, alias mengesakan Allah semata melalui seluruh sikap dan perbuatannya. Yang dalam islam disebut muslimun. Kesadaran tauhid muncul dari sebuah surprice dari perjalanan panjang dalam pencaharian Tuhannya yang tidak kenal lelah, kemanapun kita menghadap selalu ketemu dengan Allah.
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 115),
“Kepunyaan Allah-lah apa yang dilangit dan apa yang dibumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (An Nisa’ 126).
Betapa Allah meliputi segala sesuatu, kemanapun kita menghadap disitulah wajah Allah, dengan benda atau dengan apapun kita berinteraksi disitu juga ada Allah, sedang menghadapi apapun kita juga berhadapan dengan Allah, bahkan Allah hadir disekujur tubuh kita, mulai denyut jantung, tarikan nafas, geliat otot, percikan sinyal-sinyal listrik syaraf baik syaraf tubuh maupun syaraf otak, dll. Allah hadir diseluruh penjuru sisi kehidupan ini. Kita tidak bisa membayangkan jika Allah tidak hadir pada satu sisi saja walau sekecil apapun dalam kehidupan kita, maka akan menjadi awal keamburadulan kehidupan dan kengerian amat sangat tak terperikan.
Allah berfirman “Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (mahluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur, kepunyaan-Nya apa yang ada dilangit dan di bumi”. Allah selalu dalam kesibukan mengurus mahluk-Nya “Semua yang ada dilangit dan dibumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Ar Rahman 29). Apakah anda masih ada keberanian untuk berbuat sesuatu yang tidak disukai Allah?....
Wallahu alam bissowab....
Selamat beraktifitas berselimut dzikrullah....
Labels:
Tausyiah
Thanks for reading KWALITAS JIWA. Please share...!
0 Comment for "KWALITAS JIWA"