“ Tatkala Allah menciptakan bumi maka ia pun bergetar.
Lalu Allah menciptakan gunung, dan kekuatan diberikan kepadanya, yang ternyata ia diam.
Maka para malaikat pun heran terhadap penciptaan gunung itu . Mereka bertanya, “ Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari gunung ?” Allah menjawab:’ Ada yaitu besi.
Mereka bertanya, Ya rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaanMu yang lebih kuat dari besi? Allah menjawab, ‘Ada yaitu api.
Mereka bertanya, “ Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari api ?” Allah menjawab:’ Ada yaitu air’.
Mereka bertanya, “ Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?” Allah menjawab:’ Ada yaitu angin’.
Mereka bertanya, ‘Ya rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaanMu yang lebih kuat dari angin? Allah menjawab:’ Ada yaitu anak Adam yang mengeluarkan shadaqah dengan tangan kanannya sedang tangan kirinya tidak mengetahui”.
(HR Diriwayatkan At Tirmidzy dan Ahmad)
Hadits Qudtsi diatas patut disimak bagaimana Allah SWT mencoba menjelaskan kepada makhluknya khususnya manusia tentang skenario penciptaan Dunia dan seisinya dan kaidah-kaidah yang ada dalam penciptaan tersebut agar manusia memahami kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh Allah SWT dalam menciptakan dan membangun dunia dan seisinya ini. Dalam kalimat terakhir dinyatakan bahwa “ shadaqah yang dikeluarkan oleh anak Adam dengan tangan kanannya lebih dahsyat daripada energi manapun (api, air, angin dan lainlainnya) sehingga dapat mencegah terjadinya ketidakstabilan atau bencana di bumi” . Makna shadaqah disini tentunya mencakup baik zakat, infaq dan sedekah.
Kenapa Amal Sedekah menjadi Luar Biasa Dahsyat energinya...??
Karena Sedekah tidak akan keluar dari manusia yang tidak mempunyai Jiwa Welas Asih. Dan hanya manusia yang memperoleh Rahmat Allah sajalah yang dikaruniai jiwa welas asih.
Berikut ini Sebuah kisah yang sangat mengharukan mengenai Dahsyatnya Kasih sayang.
Secara fitrah, setiap orang memiliki potensi nilai-nilai kasih sayang. Cobalah bersikap tenang dan rileks. Maka respon kita terhadap sekeliling kita akan dengan mudah bisa memancarkan sifat kasih ini. Dengan bibir tersenyum, nilai kasih sayang itu serasa mengalir begitu saja. Kita terasa ringan menolong sesama dan menikmatinya. Seperti suasana Idul Fitri, dalam keadaan tenang dan jernih nilai-nilai fitrah kasih sayang itu terasa mudah mengalir dan menyegarkan suasana. Orang dengan mudah berlapang dada saling bermaaf-maafan.
Tapi, kita tidaklah selalu menghadapi keadaan yang kondusif seperti itu. Hidup ini adalah ujian dengan segala persoalannya. Di sinilah dinamika hidup nan dinamis. Tiba-tiba muncul di depan kita persoalan yang menyulut amarah. Dalam keadaan demikian itu, apakah kita masih bisa tetap bertindak dengan kasih sayang? Saat demikian inilah kualitas diri kita sedang diuji. Asalkan hati ini tetap tenang dan dapat menahan diri, kita masih bisa melihat dasar fitrah hati. Namun kalau hati bergolak, tentu akan membuatnya keruh. Yang tampak adalah endapan kotoran emosi. Itulah yang akhirnya meledak tidak karuan.
Pengalaman dan kesan selama latihan menahan diri dalam Ramadhan, dapatlah kita jadikan sebagai bekal meniti perjalanan hidup lebih bermakna. Menghadapi persoalan lebih tenang dan jernih.
Percayalah, sekeras-keras orang, dalam lubuk hatinya masih bisa menangkap pancaran kasih sayang. Begitu menangkap pancaran kasih sayang itu, tali kecapi hati mereka akan tersentuh. Fitrah kasih sayang dalam hati mereka pun tergetar.
Mahasuci Allah, zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada makhluk-makhluk Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut, dan tidaklah kasih sayang akan terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut. Betapa tidak? Jikalau kemampuan kita menyayangi orang lain tercabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah Azza wa Jalla ternyata hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup kasih sayang di qolbunya.
Karenanya, tidak bisa tidak, kita harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati nurani kita hidup. Tidak berlebihan jikalau kita mengasahnya dengan merasakan keterharuan dari kisah-kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk memperhatikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang yang rela membacakan buku, koran, atau juga surat kepada orang-orang tuna netra, sehingga mereka bisa belajar, bisa dapat informasi, dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih luas.
Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, “Allah SWT mempunyai seratua rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat (dari seratus rahmat) kepada jin, manusia, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas kasihan dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan (Allah SWT) menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim)
Dari hadits ini nampaklah, bahwa walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya. Kasih sayang dapat diibaratkan sebuah mata air yang bergejolak keinginannya untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening yang membuncah dari dalamnya tanpa pernah habis. Kepada air yang telah mengalir untuk selanjutnya menderas mengikuti alur sungai menuju laut, mata air sama sekali tidak pernah mengharapkan ia kembali.
Jangan meremehkan makhluk ciptaan Allah, sebab tidaklah Allah menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang Allah ciptakan syarat dengan ilmu, hikmah, dan ladang amal. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja karunia dari Allah Azza wa Jalla adalah jalan bagi kita untuk bertafakur jikalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.
Bagi orang yang tidak hidup kasih sayang di dalam qolbunya, ketika datang orang yang akan meminjam uang, justru yang terlintas dalam pikirannya seolah-olah harta yang dimilikinya akan diambil oleh dia, bukannya memberi, malah dia ketakutan hartanya akan habis atau bahkan jatuh miskin. Dan ketika di blog ini mengumandangkan seruan dan ajakan Donasi untuk menghidupkan majelis, maka dia akan menutup pintu hatinya rapat-rapat dengan segala tuduhan yang negatif terhadap saya dan majelis NAQS DNA. Banyak siswa NAQS, yang hanya bisa berjanji. Namun amatlah sedikit yang berkomitmen menepati janjinya. Yang tidak hanya berani bicara, tetapi juga berani untuk bertindak secara nyata.
Ingatlah bahwa hidupnya hati hanya bisa dibuktikan dengan apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain dengan ikhlas. Apa artinya hidup kalau tidak punya manfaat? Padahal hidup di dunia cuma sekali dan itupun hanya mampir sebentar saja. Insya Allah bagi yang telah tumbuh kasih sayang di qolbunya, Allah Azza wa
Jalla, Dzat yang Maha Melimpah Kasih Sayang-Nya akan mengaruniakan ringannya mencari nafkah dan ringan pula dalam menafkahkannya di jalan Allah, ringan dalam mencari ilmu dan ringan pula mengajarkannya kepada orang lain.
Alangkah indahnya bila kita selalu berusaha memahami dan menyematkan cinta dan kasih sayang sejati ini dalam diri dan hati kita. Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta. Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang. Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan. Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan. Tak ada masalah berat yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran. Semua itu haruslah berasal dari hati anda !
Lalu Allah menciptakan gunung, dan kekuatan diberikan kepadanya, yang ternyata ia diam.
Maka para malaikat pun heran terhadap penciptaan gunung itu . Mereka bertanya, “ Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari gunung ?” Allah menjawab:’ Ada yaitu besi.
Mereka bertanya, Ya rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaanMu yang lebih kuat dari besi? Allah menjawab, ‘Ada yaitu api.
Mereka bertanya, “ Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari api ?” Allah menjawab:’ Ada yaitu air’.
Mereka bertanya, “ Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?” Allah menjawab:’ Ada yaitu angin’.
Mereka bertanya, ‘Ya rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaanMu yang lebih kuat dari angin? Allah menjawab:’ Ada yaitu anak Adam yang mengeluarkan shadaqah dengan tangan kanannya sedang tangan kirinya tidak mengetahui”.
(HR Diriwayatkan At Tirmidzy dan Ahmad)
Hadits Qudtsi diatas patut disimak bagaimana Allah SWT mencoba menjelaskan kepada makhluknya khususnya manusia tentang skenario penciptaan Dunia dan seisinya dan kaidah-kaidah yang ada dalam penciptaan tersebut agar manusia memahami kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh Allah SWT dalam menciptakan dan membangun dunia dan seisinya ini. Dalam kalimat terakhir dinyatakan bahwa “ shadaqah yang dikeluarkan oleh anak Adam dengan tangan kanannya lebih dahsyat daripada energi manapun (api, air, angin dan lainlainnya) sehingga dapat mencegah terjadinya ketidakstabilan atau bencana di bumi” . Makna shadaqah disini tentunya mencakup baik zakat, infaq dan sedekah.
Kenapa Amal Sedekah menjadi Luar Biasa Dahsyat energinya...??
Karena Sedekah tidak akan keluar dari manusia yang tidak mempunyai Jiwa Welas Asih. Dan hanya manusia yang memperoleh Rahmat Allah sajalah yang dikaruniai jiwa welas asih.
Berikut ini Sebuah kisah yang sangat mengharukan mengenai Dahsyatnya Kasih sayang.
Seorang wanita berusia 50-an telah mengeram hidup cucunya yang seukuran saku dan memiliki berat hanya 630 gram.Karunia Allah SWT sungguh luar biasa. Tak kan pernah bisa dihitung walau air laut berubah menjadi tinta dan batang pohon menjadi pena. Hanya dengan sentuhan lembut penuh cinta dapat merubah yang sedih menjadi bahagia, yang sakit menjadi tersenyum senang karena sembuh. Bahkan yang sudah di ambang mautpun dengan karuniaNya, akhirnya dapat diselamatkan dan Hidup.
Zhou Yulan yang berusia kira-kira 50-an tahun berasal dari propinsi Henan kabupaten Ping Yu, mempunyai menantu hamil tujuh bulan yang terus-menerus mengalami pendarahan hebat, sehingga anaknya dilahirkan melalui operasi Caesar.
Cucu kecilnya ketika lahir berat badannya hanya 630 gram, pernafasan dan detak jantungnya sangat lemah, dokter menyarankan mereka untuk memindahkan bayi itu ke rumah sakit besar untuk diselamatkan.
Menantunya masih harus mendapat pertolongan dan perawatan di rumah sakit itu. Zhou Yulan membiarkan anak lelakinya menjaga menantunya. Dia sendiri membawa cucunya pergi berobat ke rumah sakit yang berada di kota.
Dokter memastikan anak itu kekurangan oksigen dan menyarankan agar segera masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Akan tetapi oleh karena Zhou Yulan tidak bisa membayar uang jaminan rumah sakit sebesar puluhan ribu yuan, dia terpaksa menggendong cucunya itu meninggalkan rumah sakit.
Ketika itu nafas dan detak jantung cucunya sesak dan sangat lemah, dia lalu menggunakan nafasnya sendiri menghangatkan bayi kecil itu.
Mula-mula dia mengambil nafas, kemudian perlahan-lahan ditiupkan ke mulut dan pinggir hidung cucunya. Mungkin juga si kecil itu dapat merasakan kasih dan harapan yang dibawakan oleh neneknya itu, akhirnya dia mulai perlahan-lahan bernafas sendiri.
Zhou Yulan meletakkan cucunya itu di atas perutnya. “Sama seperti ayam yang sedang mengerami telurnya”, memberikan panas tubuhnya kepada cucunya.
Setelah selama satu minggu lebih menggunakan cara demikian, Zhou Yulan baru berani membungkus cucunya itu dengan selimut katun dan selimut kapas, kemudian memeluk dan mendekapnya dengan erat di dadanya.
Demikianlah Zhou Yulan menggunakan panas tubuhnya memperlakukan cucunya yang hanya “setelapak tangan” besarnya itu bertahan hidup dan selamat melewati 9 hari masa kritisnya.
Pada umumnya, bayi prematur dengan berat badan di bawah 750 gram sangat rentan sekali kemungkinan untuk bisa hidup. Zhou Yulan meskipun tidak bisa membayar uang jaminan rumah sakit, ia tidak menjadi sedih dan patah semangat. Ia curahkan kasih sayangnya untuk menyelamatkan hidup cucunya.
Secara fitrah, setiap orang memiliki potensi nilai-nilai kasih sayang. Cobalah bersikap tenang dan rileks. Maka respon kita terhadap sekeliling kita akan dengan mudah bisa memancarkan sifat kasih ini. Dengan bibir tersenyum, nilai kasih sayang itu serasa mengalir begitu saja. Kita terasa ringan menolong sesama dan menikmatinya. Seperti suasana Idul Fitri, dalam keadaan tenang dan jernih nilai-nilai fitrah kasih sayang itu terasa mudah mengalir dan menyegarkan suasana. Orang dengan mudah berlapang dada saling bermaaf-maafan.
Tapi, kita tidaklah selalu menghadapi keadaan yang kondusif seperti itu. Hidup ini adalah ujian dengan segala persoalannya. Di sinilah dinamika hidup nan dinamis. Tiba-tiba muncul di depan kita persoalan yang menyulut amarah. Dalam keadaan demikian itu, apakah kita masih bisa tetap bertindak dengan kasih sayang? Saat demikian inilah kualitas diri kita sedang diuji. Asalkan hati ini tetap tenang dan dapat menahan diri, kita masih bisa melihat dasar fitrah hati. Namun kalau hati bergolak, tentu akan membuatnya keruh. Yang tampak adalah endapan kotoran emosi. Itulah yang akhirnya meledak tidak karuan.
Pengalaman dan kesan selama latihan menahan diri dalam Ramadhan, dapatlah kita jadikan sebagai bekal meniti perjalanan hidup lebih bermakna. Menghadapi persoalan lebih tenang dan jernih.
Percayalah, sekeras-keras orang, dalam lubuk hatinya masih bisa menangkap pancaran kasih sayang. Begitu menangkap pancaran kasih sayang itu, tali kecapi hati mereka akan tersentuh. Fitrah kasih sayang dalam hati mereka pun tergetar.
Mahasuci Allah, zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada makhluk-makhluk Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut, dan tidaklah kasih sayang akan terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut. Betapa tidak? Jikalau kemampuan kita menyayangi orang lain tercabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah Azza wa Jalla ternyata hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup kasih sayang di qolbunya.
Karenanya, tidak bisa tidak, kita harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati nurani kita hidup. Tidak berlebihan jikalau kita mengasahnya dengan merasakan keterharuan dari kisah-kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk memperhatikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang yang rela membacakan buku, koran, atau juga surat kepada orang-orang tuna netra, sehingga mereka bisa belajar, bisa dapat informasi, dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih luas.
Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, “Allah SWT mempunyai seratua rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat (dari seratus rahmat) kepada jin, manusia, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas kasihan dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan (Allah SWT) menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim)
Dari hadits ini nampaklah, bahwa walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya. Kasih sayang dapat diibaratkan sebuah mata air yang bergejolak keinginannya untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening yang membuncah dari dalamnya tanpa pernah habis. Kepada air yang telah mengalir untuk selanjutnya menderas mengikuti alur sungai menuju laut, mata air sama sekali tidak pernah mengharapkan ia kembali.
Jangan meremehkan makhluk ciptaan Allah, sebab tidaklah Allah menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang Allah ciptakan syarat dengan ilmu, hikmah, dan ladang amal. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja karunia dari Allah Azza wa Jalla adalah jalan bagi kita untuk bertafakur jikalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.
Bagi orang yang tidak hidup kasih sayang di dalam qolbunya, ketika datang orang yang akan meminjam uang, justru yang terlintas dalam pikirannya seolah-olah harta yang dimilikinya akan diambil oleh dia, bukannya memberi, malah dia ketakutan hartanya akan habis atau bahkan jatuh miskin. Dan ketika di blog ini mengumandangkan seruan dan ajakan Donasi untuk menghidupkan majelis, maka dia akan menutup pintu hatinya rapat-rapat dengan segala tuduhan yang negatif terhadap saya dan majelis NAQS DNA. Banyak siswa NAQS, yang hanya bisa berjanji. Namun amatlah sedikit yang berkomitmen menepati janjinya. Yang tidak hanya berani bicara, tetapi juga berani untuk bertindak secara nyata.
Ingatlah bahwa hidupnya hati hanya bisa dibuktikan dengan apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain dengan ikhlas. Apa artinya hidup kalau tidak punya manfaat? Padahal hidup di dunia cuma sekali dan itupun hanya mampir sebentar saja. Insya Allah bagi yang telah tumbuh kasih sayang di qolbunya, Allah Azza wa
Jalla, Dzat yang Maha Melimpah Kasih Sayang-Nya akan mengaruniakan ringannya mencari nafkah dan ringan pula dalam menafkahkannya di jalan Allah, ringan dalam mencari ilmu dan ringan pula mengajarkannya kepada orang lain.
Alangkah indahnya bila kita selalu berusaha memahami dan menyematkan cinta dan kasih sayang sejati ini dalam diri dan hati kita. Tak ada musuh yang tak dapat ditaklukkan oleh cinta. Tak ada penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh kasih sayang. Tak ada permusuhan yang tak dapat dimaafkan oleh ketulusan. Tak ada kesulitan yang tak dapat dipecahkan oleh ketekunan. Tak ada masalah berat yang tak dapat dipecahkan oleh kesabaran. Semua itu haruslah berasal dari hati anda !
Labels:
Keajaiban Sedekah
Thanks for reading Kekuatan Cinta. Please share...!
0 Comment for "Kekuatan Cinta"