KISAH KENTANG DAN KEBENCIAN
Seorang Guru Sekolah Dasar (SD) mengadakan “permainan”. Guru menyuruh tiap murid membawa sebuah kantong plastik transparan dan kentang.
Masing-masing kentang tersebut di beri nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.
Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.
Selanjutnya guru mengharuskan murid-murid membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ketoilet sekalipun, selama 1 minggu.
Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap. Setelah 1 minggu murid-murid SD tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.
Guru : “Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?”
Keluarlah keluhan dari murid-murid SD tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke mana pun mereka pergi. Guru pun menjelaskan apa arti dari “permainan” yang mereka lakukan.
Guru: “Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi. Itu hanya 1 minggu, bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup ?”
Alangkah tidak nyamannya !
Dalam Al-Quran Allah berfirman yang ertinya:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang di kurniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (kerana) bagi seorang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32).
Dendam dalam bahasa Arab di sebut hiqid, ialah "Mengandungi permusuhan didalam batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan dendamnya, menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati dengan mencelakakan orang yang di dendami".
Berbahagialah orang yang berlapang dada, berjiwa besar dan pemaaf. Tidak ada sesuatu yang menyenangkan dan menyegarkan pandangan mata seseorang, kecuali hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sihat , bebas dari rasa kebingungan dan bebas dari rasa dendam yang senantiasa menggoda manusia.
Seseorang yang hatinya bersih dan jiwanya sihat ialah mereka yang apabila melihat sesuatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan merasakan kurnia itu ada pula pada dirinya. Dan apabila ia melihat musibah yang menimpa seseorang hamba Allah, ia merasakan sedihnya dan mengharapkan kepada Allah untuk meringankan penderitaan dan mengampuni dosanya. Demikianlah seorang muslim, hendaknya selalu hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sihat , rela terhadap ketentuan Allah dan terhadap kehidupan. Jiwanya bebas dari perasaan dengki dan dendam. Kerana perasaan dengki dan dendam itu merupakan penyakit hati yang dapat merembeskan iman keluar dari hati, sebagaimana merembesnya zat cair dari wadah yang bocor.
Islam sangat memperhatikan kebersihan hati kerana hati yang penuh dengan noda-noda kotoran itu dapat merusak amal soleh, bahkan menghancurkannya. Sedang hati yang bersih, jernih dan bersinar itu dapat menyuburkan amal dan dorongan semangat untuk meningkatkan amal ibadah dan Allah memberkahi dan memberikan segala kebaikan kepada orang yang hatinya bersih.
Oleh kerana itu, jemaah muslimin yang sebenarnya, hendaknya jemaah yang terdiri dari orang-orang yang bersih jiwanya dan sihat hatinya yang terdiri di atas saling cinta-mencintai, saling kasih-mengasihi, sayang-menyayangi yang merata di atas pergaulan yang baik dan kerjasama yang saling menguntungkan timbal balik di dalamnya tidak ada seorang yang untung sendiri, bahkan golongan yang semacam ini sebagaimana di gambarkan dalam Al-Qur’an yang ertinya:
"Yang orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) , mereka berdoa ’Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hat i kami terhadap orang-orang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha penyantun lagi maha penyayang" .(Al-Hasyr: 10).
Apabila rasa permusuhan telah tumbuh dengan suburnya sampai berakar dapat mengakibatkan hilangnya rasa kasih-sayang dan hilangnya kasih-sayang dapat mengakibatkan rusaknya perdamaian. Dan jika sudah sampai demikian, maka dapat menghilangkan keseimbangan yang pada mulanya menjurus kearah perbuatan dosa-dosa kecil dan akhirnya dapat mengarah kepada dosa-dosa besar yang mengakibatkan turunnya kutukan Allah.
Perasaan iri hati kerana orang lain memperoleh nikmat kadangkala dapat menimbulkan khayalan yang bukan-bukan sampai membuat kedustaan. Islam membenci perbuatan demikian dan memperingatkan jangan sampai terjerumus kedalamnya. Mencegah adanya ketegangan dan permusuhan, menurut Islam merupakan ibadah yang besar, sebagaimana sabda Nabi saw yang ertinya:
"Mahukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, solat dan sedekah?, Jawab sahabat : "Tentu mahu". Sabda Nabi saw: "yaitu mendamaikan di antara kamu, kerana rusaknya perdamaian di antara kamu adalah menjadi pencukur yakni perusak agama". (HR. Abu Daud danTirmidzi).
Syaitan kadangkala tidak mampu menggoda orang yang pandai untuk menyembah berhala tetapi syaitan sering juga mampu menggoda dan menyesatkan manusia melalui celah-celah pergaulan dengan cara merusak perdamaian diantara mereka itu sendiri, sehingga dengan hawa nafsunya yang tidak terkendalikan, mereka tersesat dan tidak mengetahui hak-hak Tuhannya, bagaikan menyembah berhala. Di sinilah syaitan mulai menyalakan api permusuhan dihati manusia dan jika api permusuhan itu telah menyala, ia senang melihat api itu membakar manusia dari zaman ke zaman sehingga turut terbakarnya hubungan dan segi-segi keutamaan manusia. Kita harus mengetahui bahawa manusia itu berbeza tabiat dan wataknya berbeza kecerdasan akal dan daya tangkapnya.
Kerana itu dalam pergaulan dan pertemuan di lapangan kehidupan kadangkala mereka membuat kesempatan yang mengakibatkan perselisihan dan permusuhan. Maka Islam telah memberikan cara penanggulangan mensyariatkan penepatan akhlak yang baik yang membuat hati mereka luluh dan sarat berpegang kepada kasih sayang.
Islam melarang memutuskan hubungan dan berbantah-bantahan. Memang kita sering merasakan seolah-olah keburukan itu dilemparkan kepada kita, sehingga kita sering tidak mampu mengendalikan perasaan kita yang apabila fikiran kita sempit , maka timbullah niat untuk memutuskan hubungan. Tetapi Allah tidak rela perbuatan yang demikian. Memutuskan hubungan sesama muslim dilarang, sebagaimana sabda nabi saw yang ertinya:
"Janganlah kamu putus hubungan,belakang membelakangi, benci membenci, hasut menghasut . Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama yang lain (yang muslim) dan tidaklah halal bagi (setiap) muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari".(HR. Bukhori dan Muslim).
Dalam hadits ini dinyatakan batas tiga hari kerana pada waktu tiga hari kemarahan sudah boleh reda setelah itu wajib bagi seorang muslim untuk menyambung kembali hubungan tali persaudaraannya deng sesama muslim dan membiasakan perilaku yang utama ini. Kerana putusnya tali persaudaraan ini tak ubahnya seperti awan hitam atau mendung apabila telah di hembus angin maka hilanglah mendungnya dan cuacapun menjadi bersih dan terang kembali.
Ringkasnya hendaknya orang-orang yang mempunyai penyakit hati, seperti dengki dan dendam ini selalu ingat bahwa kekuasaan Allah mengatasi segala kekuasaan. Dan hendaklah ia ingat bahawa harta benda dan kedudukan yang bersifat duniawi itu selamanya tidak kekal. Paling jauh dan lama sepanjang hidupnya saja bahkan mungkin sebelum itu. Dalam Al-Quran Allah berfirman yang ertinya:
"Dan janganlah kamu irihati terhadap apa yang di kurniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (kerana) bagi seorang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu” .(An-Nisa: 32).
Seorang Guru Sekolah Dasar (SD) mengadakan “permainan”. Guru menyuruh tiap murid membawa sebuah kantong plastik transparan dan kentang.
Masing-masing kentang tersebut di beri nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.
Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.
Selanjutnya guru mengharuskan murid-murid membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ketoilet sekalipun, selama 1 minggu.
Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap. Setelah 1 minggu murid-murid SD tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.
Guru : “Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?”
Keluarlah keluhan dari murid-murid SD tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke mana pun mereka pergi. Guru pun menjelaskan apa arti dari “permainan” yang mereka lakukan.
Guru: “Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain. Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi. Itu hanya 1 minggu, bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup ?”
Alangkah tidak nyamannya !
Dalam Al-Quran Allah berfirman yang ertinya:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang di kurniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (kerana) bagi seorang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu. (An-Nisa: 32).
Dendam dalam bahasa Arab di sebut hiqid, ialah "Mengandungi permusuhan didalam batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan dendamnya, menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati dengan mencelakakan orang yang di dendami".
Berbahagialah orang yang berlapang dada, berjiwa besar dan pemaaf. Tidak ada sesuatu yang menyenangkan dan menyegarkan pandangan mata seseorang, kecuali hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sihat , bebas dari rasa kebingungan dan bebas dari rasa dendam yang senantiasa menggoda manusia.
Seseorang yang hatinya bersih dan jiwanya sihat ialah mereka yang apabila melihat sesuatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan merasakan kurnia itu ada pula pada dirinya. Dan apabila ia melihat musibah yang menimpa seseorang hamba Allah, ia merasakan sedihnya dan mengharapkan kepada Allah untuk meringankan penderitaan dan mengampuni dosanya. Demikianlah seorang muslim, hendaknya selalu hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sihat , rela terhadap ketentuan Allah dan terhadap kehidupan. Jiwanya bebas dari perasaan dengki dan dendam. Kerana perasaan dengki dan dendam itu merupakan penyakit hati yang dapat merembeskan iman keluar dari hati, sebagaimana merembesnya zat cair dari wadah yang bocor.
Islam sangat memperhatikan kebersihan hati kerana hati yang penuh dengan noda-noda kotoran itu dapat merusak amal soleh, bahkan menghancurkannya. Sedang hati yang bersih, jernih dan bersinar itu dapat menyuburkan amal dan dorongan semangat untuk meningkatkan amal ibadah dan Allah memberkahi dan memberikan segala kebaikan kepada orang yang hatinya bersih.
Oleh kerana itu, jemaah muslimin yang sebenarnya, hendaknya jemaah yang terdiri dari orang-orang yang bersih jiwanya dan sihat hatinya yang terdiri di atas saling cinta-mencintai, saling kasih-mengasihi, sayang-menyayangi yang merata di atas pergaulan yang baik dan kerjasama yang saling menguntungkan timbal balik di dalamnya tidak ada seorang yang untung sendiri, bahkan golongan yang semacam ini sebagaimana di gambarkan dalam Al-Qur’an yang ertinya:
"Yang orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) , mereka berdoa ’Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hat i kami terhadap orang-orang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha penyantun lagi maha penyayang" .(Al-Hasyr: 10).
Apabila rasa permusuhan telah tumbuh dengan suburnya sampai berakar dapat mengakibatkan hilangnya rasa kasih-sayang dan hilangnya kasih-sayang dapat mengakibatkan rusaknya perdamaian. Dan jika sudah sampai demikian, maka dapat menghilangkan keseimbangan yang pada mulanya menjurus kearah perbuatan dosa-dosa kecil dan akhirnya dapat mengarah kepada dosa-dosa besar yang mengakibatkan turunnya kutukan Allah.
Perasaan iri hati kerana orang lain memperoleh nikmat kadangkala dapat menimbulkan khayalan yang bukan-bukan sampai membuat kedustaan. Islam membenci perbuatan demikian dan memperingatkan jangan sampai terjerumus kedalamnya. Mencegah adanya ketegangan dan permusuhan, menurut Islam merupakan ibadah yang besar, sebagaimana sabda Nabi saw yang ertinya:
"Mahukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, solat dan sedekah?, Jawab sahabat : "Tentu mahu". Sabda Nabi saw: "yaitu mendamaikan di antara kamu, kerana rusaknya perdamaian di antara kamu adalah menjadi pencukur yakni perusak agama". (HR. Abu Daud danTirmidzi).
Syaitan kadangkala tidak mampu menggoda orang yang pandai untuk menyembah berhala tetapi syaitan sering juga mampu menggoda dan menyesatkan manusia melalui celah-celah pergaulan dengan cara merusak perdamaian diantara mereka itu sendiri, sehingga dengan hawa nafsunya yang tidak terkendalikan, mereka tersesat dan tidak mengetahui hak-hak Tuhannya, bagaikan menyembah berhala. Di sinilah syaitan mulai menyalakan api permusuhan dihati manusia dan jika api permusuhan itu telah menyala, ia senang melihat api itu membakar manusia dari zaman ke zaman sehingga turut terbakarnya hubungan dan segi-segi keutamaan manusia. Kita harus mengetahui bahawa manusia itu berbeza tabiat dan wataknya berbeza kecerdasan akal dan daya tangkapnya.
Kerana itu dalam pergaulan dan pertemuan di lapangan kehidupan kadangkala mereka membuat kesempatan yang mengakibatkan perselisihan dan permusuhan. Maka Islam telah memberikan cara penanggulangan mensyariatkan penepatan akhlak yang baik yang membuat hati mereka luluh dan sarat berpegang kepada kasih sayang.
Islam melarang memutuskan hubungan dan berbantah-bantahan. Memang kita sering merasakan seolah-olah keburukan itu dilemparkan kepada kita, sehingga kita sering tidak mampu mengendalikan perasaan kita yang apabila fikiran kita sempit , maka timbullah niat untuk memutuskan hubungan. Tetapi Allah tidak rela perbuatan yang demikian. Memutuskan hubungan sesama muslim dilarang, sebagaimana sabda nabi saw yang ertinya:
"Janganlah kamu putus hubungan,belakang membelakangi, benci membenci, hasut menghasut . Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama yang lain (yang muslim) dan tidaklah halal bagi (setiap) muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari".(HR. Bukhori dan Muslim).
Dalam hadits ini dinyatakan batas tiga hari kerana pada waktu tiga hari kemarahan sudah boleh reda setelah itu wajib bagi seorang muslim untuk menyambung kembali hubungan tali persaudaraannya deng sesama muslim dan membiasakan perilaku yang utama ini. Kerana putusnya tali persaudaraan ini tak ubahnya seperti awan hitam atau mendung apabila telah di hembus angin maka hilanglah mendungnya dan cuacapun menjadi bersih dan terang kembali.
Ringkasnya hendaknya orang-orang yang mempunyai penyakit hati, seperti dengki dan dendam ini selalu ingat bahwa kekuasaan Allah mengatasi segala kekuasaan. Dan hendaklah ia ingat bahawa harta benda dan kedudukan yang bersifat duniawi itu selamanya tidak kekal. Paling jauh dan lama sepanjang hidupnya saja bahkan mungkin sebelum itu. Dalam Al-Quran Allah berfirman yang ertinya:
"Dan janganlah kamu irihati terhadap apa yang di kurniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (kerana) bagi seorang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah yang maha mengetahui segala sesuatu” .(An-Nisa: 32).
Labels:
Hikmah
Thanks for reading DENGKI DAN DENDAM. Please share...!
0 Comment for "DENGKI DAN DENDAM"