“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
[QS.Fushilat (41) : 30]
Tidak diragukan bahwa Dzikrullaah merupakan salah satu ibadah yang agung. Dengan Dzikrullaah, seorang hamba mendekatkan diri kepada Rabb-nya, mengisi waktunya dan memanfaatkan nafas-nafasnya.
FADHILAH MAJELIS DZIKIR
Demikian juga majelis dzikir, merupakan majelis yang sangat mulia di sisi Allah Ta’ala dan memiliki berbagai keutamaan yang agung. Diantaranya:
Pertama: Majelis dzikir adalah taman surga di dunia ini. Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya, “Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” [Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2562]
Kedua: Majelis dzikir merupakan majelis malaikat. Juga menjadi penyebab turunnya ketenangan dan rahmat Allah. Allah membanggakannya kepada malaikat. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah sekelompok orang duduk berdzikir kepada Allah ‘Azaa wa Jalla, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat (Allah) meliputi mereka, ketentraman turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan (para malaikat) yang ada di sisiNya. [HR Muslim, no. 2700]
BENTUK-BENTUK MAJELIS DZIKIR
Perlu dicatat bahwa fadhilah majelis dzikir sebagaimana tersebut di atas, hanya bisa diraih jika diamalkan dengan cara yang dituntunkan oleh Nabi dan para Sahabat.
Dari hadits-hadits yang menyebutkan tentang majelis dzikir, dapat kita ketahui bentuk-bentuk majelis dzikir sebagai berikut:
(1) BERKUMPUL BERDZIKIR
Bentuk majelis dzikir yang pertama adalah; duduk bersama-sama, kemudian masing-masing berdzikir dengan pelan. Lafaz dzikir yang dibaca adalah Tahmid (ucapan Alhamdulillaah), Takbir (Allaahuakbar), Tashbih (Subhaanallaah), Tahlil (Laa ilaaha illallaah), dan istigfar (Astagfirullaah).
Bentuk dzikir ini ditunjukkan oleh hadits-hadits ini: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ”Sesungguhnya Allah Ta'ala memiliki malaikat-malaikat yang berkelana di jalan-jalan mencari orang-orang yang berdzikir. Jika mereka telah mendapatkan sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah, mereka duduk bersama dengan orang-orang yang berdzikir. Mereka saling mengajak: ‘Kemarilah kepada hajat kamu’. Maka para malaikat mengelilingi orang-orang yang berdzikir dengan sayap mereka sehingga langit dunia. Kemudian Allah Azza wa Jalla bertanya kepada mereka (sedangkan Dia lebih mengetahui daripada mereka), ’Apa yang diucapkan oleh hamba-hambaKu?’ Para malaikat menjawab,’Mereka mensucikanMu (mengucapkan tasbih: Subhanallah), mereka membesarkanMu (mengucapkan takbir: Allah Akbar), mereka memujiMu (mengucapkan Alhamdulillah), mereka mengagungkanMu’. Allah bertanya, ’Apakah mereka melihatKu?’ Mereka menjawab,’Tidak, demi Alah, mereka tidak melihatMu’. Allah berkata, ’Bagaimana seandainya mereka melihatKu?’ Mereka menjawab, ’Seandainya mereka melihatMu, tentulah ibadah mereka menjadi lebih kuat kepadaMu, lebih mengagungkan kepadaMu, lebih mensucikan kepadaMu’.....” [Muslim, no. 2689]
Dalam hadits lain disebutkan: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah keluar menemui satu halaqah dari para sahabat beliau. Kemudian beliau bertanya, ’Apa yang menyebabkan engkau duduk?’.” Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir kepada Allah.” Beliau bertanya lagi, “Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan engkau duduk, kecuali hanya itu?” Mereka menjawab, “Demi, Allah. Tidak ada yang menyebabkan kami duduk, kecuali hanya itu?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya, aku tidaklah meminta engkau bersumpah karena sangkaan (bohong, Pent) kepadamu. Akan tetapi Jibril telah mendatangiku, lalu memberitahukanku, bahwa Allah Ta'ala membanggakanmu kepada para malaikat.” [HR Muslim, no. 2701].
Dari pertanyaan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada para sahabat, mengisyaratkan bahwa dzikir yang mereka lakukan adalah dengan cara pelan. Karena jika keras, tentulah tidak perlu ditanya. Bahkan tentu diingkari, sebagaimana hadits di bawah ini.
Abu Musa Al-Asy’ari berkata: Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menuju Khaibar, orang-orang menaiki lembah, lalu mereka meninggikan suara mereka dengan takbir: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illa Allah. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Pelanlah! Kasihanilah diri kalian! Sesungguhnya engkau tidaklah menyeru kepada (Tuhan) yang tuli dan yang tidak ada. Sesungguhnya, engkau menyeru (Allah) Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat, dan Dia bersamamu (dengan ilmuNya, pendengaran-Nya, penglihatanNya, dan pengawasanNya, Pent.).....” [HR Bukhari, no. 4205; Muslim, no. 2704].
Dan dzikir secara pelan merupakan adab yang Allah perintahkan. Dia berfirman:
Artinya: “Dan dzikirlah (ingatlah, sebutlah nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” [Al A’raf:205].
(2) TADARUS AL-QUR-AAN
Bentuk bajelis dzikir yang kedua adalah; duduk bersama-sama untuk membaca dan mempelajari Al Qur-aan. Yaitu dengan cara salah seorang membaca dan yang lainnya mendengarkan. Hal ini ditunjukkan oleh dalil-dalil berikut.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kecuali malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketenangan turun kepada mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya. [HR Muslim, no. 2700].
Dalam hadits ini disebutkan keutamaan “sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah”. Dalam hadits lain lebih dijelaskan bentuk dzikir yang mereka lakukan:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya.” [HR Muslim, no. 2699].
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata: Nabi bersabda kepadaku, “Bacakanlah (Al Qur’an) kepadaku.” Aku menjawab, ”Apakah aku akan bacakan kepada Anda, sedangkan Al Qur-aan diturunkan kepada Anda” Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari selainku..” Maka aku membacakan kepada beliau surat An Nisa’, sehingga aku sampai pada (ayat ke-41), Beliau lantas bersabda, “Berhentilah,” ternyata kedua mata Beliau meneteskan air mata. [HR Bukhari, no. 4582; Muslim, no. 800 dan lain-lain].
Syaikh Dr. Muhammad Musa Nashr menjelaskan tata cara tadarus yang sesuai sunnah, “Berkumpul untuk membaca Al Qur-aan yang sesuai dengan Sunnah Nabi dan perbuatan Salafush Shalih, yaitu satu orang membaca dan orang-orang selainnya mendengarkan. Barangsiapa mendapatkan keraguan pada makna ayat, (maka hendaklah) dia meminta qari’ (orang yang membacakan) untuk berhenti, dan orang yang ahli berbicara tentang tafsir menjelaskannya, sehingga tafsir ayat itu menjadi jelas dan terang bagi orang-orang yang hadirin … Kemudian qari’ mulai membaca lagi. [Kitab Al Bahts Wal Istiqra’ Fi Bida’il Qurra’, hlm. 50-51].
(3) MENGKAJI ILMU
Bentuk majelis dzikir yang ketiga adalah Majelis ilmu, dan inilah Majelis dzikir yang paling afdhol.
‘Atha rahimahullah berkata, “Majelis-Majelis dzikir adalah Majelis-Majelis halal dan haram; bagaimana seseorang membeli, menjual, berpuasa, shalat, bershadaqah, menikah, bercerai, dan berhaji.” [Al 'Ilmu Fadhkuhu Wa Syarafuhu, hlm. 132]
Dalam kitab Riyadhush Shalihin, Imam An Nawawi membuat satu bab (no. 247) dengan judul: “Keutamaan Halaqah-halaqah Dzikir dan Anjuran Menetapinya, dan Larangan Meninggalkannya Dengan Tanpa Udzur (alasan)”. Beliau menyebutkan empat hadits. Salah satu hadits berisi tentang majelis ilmu. Ini menunjukkan, bila Imam Nawawi rahimahullah mengisyaratkan, bahwa majelis ilmu termasuk majelis dzikir. Wallahu a’lam.
Hadits yang kami maksudkan ialah: Dari Abu Waqid Al Laitsi, bahwa ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sedang duduk di dalam masjid, dan orang-orang bersama Beliau; tiba-tiba datanglah tiga orang. Dua orang mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, yang satu pergi. Kedua orang tadi berhenti di hadapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Yang satu melihat celah pada halaqah (lingkaran orang-orang yang duduk), lalu dia duduk padanya. Adapun yang lain, dia duduk di belakang mereka. Adapun yang ketiga, maka dia berpaling pergi. Setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam selesai, Beliau bersabda,”Maukah aku beritahukan kepada kamu tentang tiga orang tadi? Adapun salah satu dari mereka, dia mendekat kepada Allah, maka Allah-pun mendekatkannya. Adapun yang lain, dia malu, maka Allah-pun malu kepadanya. Dan Adapun yang lain, dia berpaling, maka Allah-pun berpaling darinya.” [HR Bukhari; Muslim, no. 2176.]
Di antara perkataan Imam Nawawi rahimahullah tentang hadits ini, beliau menyatakan: “Di dalam hadits ini terdapat dalil bolehnya halaqah-halaqah ilmu dan dzikir di dalam masjid”. [Shahih Muslim Syarh An Nawawi, 7/413, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Cet. 4, Th 1422 H/2001 M.]
Ketika menyebutkan fiqih hadits ini, Syaikh Salim Al Hilali berkata, “Majelis dzikir-Majelis dzikir adalah halaqah-halaqah ilmu yang diadakan di rumah-rumah Allah untuk belajar, mengajar dan mencari pemahaman terhadap agama.” [Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin, 2/521, Cet. 1, Th. 1415 H/ 1994 M.]
Mengundang Kehadiran Malaikat di Rumah
Tak seorang muslimpun yang tidak menginginkan rumah mereka senantiasa dihadiri oleh para malaikat Allah dan dijauhkan dari syetan. Sebab kehadiran mereka di rumah mereka akan melahirkan aura ketenteraman dan kesejukan dan kedamaian ruhani yang mengalir di rumah itu. Kehadiran mereka akan membuat rumah kita laksana surga.
Namun adalah rumah-rumah yang disenangi para malaikat itu? Jawabannya pasti ada. Sebab diantara para malaikat itu ada yang sengaja keliling untuk menebarkan rahmat dan kedamaian di tengah manusia sebagaiamna syetan berkeliling untuk menebarkan kejahatan di tengah mereka.
Lalu rumah mana saja yang akan dihadiri para malaikat itu? Berikut rumah-rumah yang dihadiri oleh malaikat.
Diantaranya adalah :
- Rumah yang diliputi dzikir kepada Allah yang di dalamnya ada ruku dan sujud
- Rumah yang senantiasa bersih
- Rumah yang penghuninya adalah orang-orang yang jujur dan menepati janji
- Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim
- Rumah yang dihuni oleh orang yang makanannya halal
- Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
- Rumah yang senantiasa ada tilawah Al-Quran
- Rumah yang dihuni oleh para penuntut ilmu
- Rumah yang penghuninya ada isteri salehah
- Rumah yang bersih dari barang-barang haram
- Rumah yang dihuni oleh orang yang rendah hati, sabar, tawakal, qana’ah, dermawan pemaaf yang senantiasa bersih lahir batin dan para penghuninya makan tidak terlalu banyak
“Tidaklah sekali-kali sebuah kaum duduk dengan berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dikelilingi malaikat dan akan disirami rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Allah akan menyebutkan tentang mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)
Ini semua menunjukkan bahwa dzikir kepada Allah di rumah kita akan menjadikan malaikat memasuki rumah kita dan akan berada dengan kita. Sebaliknya rumah yang dikosongkan dengan dari dzikir maka malaikat juga akan menjauhinya.
Sementara itu orang yang membaca Al-Quran disebutkan dalam sabdanya : “Sesungguhnya rumah itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan datangi malaikat, dijauhi syetan dan akan membanjir pula kebaikan ke dalamnya, jika dibacakan Al-Quran di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi malaikat dan akan didatangi syetan serta tidak akan banyak kebaikan di dalamnya, jika tidak dibacakan Al-Quran” (HR. Ad-Darimi).
Seperti diketahui, dimasyarakat awam beredar pendapat bahwa bayi dalam kandungan akan sangat baik diperdengarkan suara musik symphoni tertentu untuk alasan tertentu. Tapi ketahuilah, bahwa hal itu tidak Islami dan menyesatkan. Oleh karena itu, agar masyarakat kita tidak disesatkan dengan tindakan dan informasi yang menyesatkan seperti itu, maka hal tesebut harus kita perbaiki. Untuk ibu-ibu hamil kita bisa perdengarkan kepada ibu bayi dan bayi dalam kandungan, suara bacaan / Murotal Al-Quran. Insya Allah, hal ini akan sangat baik bagi pertumbuhan jiwa dan raganya, baik semasa dalam kandungan maupun setelah lahir. Karena sejak dalam kandungan, bayi telah diperkenalkan dengan Kalimatullah. Begitu pula, bila didalam rumah tinggal kita juga perdengarkan bacaan Al-Quran.
Dengan membaca Al-Quran maka akan turun malaikat rahmat, akan datang kebaikan akan muncul ketenangan di dalam rumah kita. Rumah yang tidak ada bacaan Al-Quran maka ketahuilah bahwa rumah itu sebenarnya telah menjadi kuburan walaupun penghuninya masih bernyawa.
Tentang orang yang rajin menjalin silaturahmi, disebutkan dari Abu Hurairah bahwa seorang lelaki pergi untuk mengunjungi saudaranya di sebuah desa yang lain. Maka segera diperintahkan kepada malaikat untuk menemani orang itu. Tatkala malaikat bertemu dengan orang tadi maka dia bertanya : Kemana engkau akan pergi? Lelaki itu menjawab : Aku akan pergi mengunjungi saudara saya di desa itu! Malaikat itu bertanya :
Apakah kau memiliki suatu nikmat yang akan kau berikan padanya? Orang itu berkata : Tidak, saya mengunjunginya semata karena saya mencintainya karena Allah! Malaikat itu berkata : “Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu. Allah telah mencintaimu sebagaimana kau mencintai orang itu” (HR. Muslim)
Mengenai penuntut ilmu yang dinaungi sayap malaikat Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang sedang dia tuntut” (HR. Tirmidzi).
Tentang rumah orang dermawan yang akan dimasuki malaikat disebutkan dalam sebuah hadits bahwa malaikat akan senantiasa mendoakan mereka : Rasulullah Saw bersabda, “Tiap-tiap pagi malaikat turun, yang satu mendo’akan, “Ya Allah beri gantilah untuk yang menderma, dan yang lain berdo’a, Ya Allah Musnahkan harta si bakhil.”
Rumah-rumah yang di dalamnya ada kejujuran, ada kasih sayang, amanah, ada syukur dan sabar ada taubat dan istighfar akan senantiasa terbuka untuk dimasuki para malaikat sedangkan rumah-rumah yang selain itu maka maka malaikat akan menjauhi rumah tadi.
Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, ada patung-patung dan gambar-gambar, dan ada bau busuk di rumah itu.
Islam adalah agama yang cinta kebersihan sehingga mengingatkan bahayanya memiliki anjing, bahkan melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian. Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang. Rasulullah bersabda: “ Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (patung)" [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah]
Ibnu Hajar berkata : "Ungkapan malaikat tidak akan memasuki...." menunjukkan malaikat secara umum (malaikat rahmat, malaikat hafazah, dan malaikat lainnya)". Tetapi, pendapat lain mengatakan : "Kecuali malaikat hafazah, mereka tetap memasuki rumah setiap orang karena tugas mereka adalah mendampingi manusia sehingga tidak pernah berpisah sedetikpun dengan manusia. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khaththabi, dan yang lainnya.
Sementara itu, yang dimaksud dengan ungkapan rumah pada hadits di atas adalah tempat tinggal seseorang, baik berupa rumah, gubuk, tenda, dan sejenisnya. Sedangkan ungkapan anjing pada hadits tersebut mencakup semua jenis anjing. Imam Qurthubi berkata : "Telah terjadi ikhtilaf di antara para ulama tentang sebab-sebabnya malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat anjing. Sebagian ulama mengatakan karena anjing itu najis, yang lain mengatakan bahwa ada anjing yang diserupai oleh setan, sedangkan yang lainnya mengatakan karena di tubuh anjing menempel najis.” Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian dengan Jibril bahwa Jibril akan datang. Ketika waktu pertemuan itu tiba, ternyata Jibril tidak datang. Sambil melepaskan tongkat yang dipegangnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Allah tidak mungkin mengingkari janjinya, tetapi mengapa Jibril belum datang ?" Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menoleh, ternyata beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur. "Kapan anjing ini masuk ?" tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut : "Entahlah". Setelah anjing itu dikeluarkan, masuklah malaikat Jibril. "Mengapa engkau terlambat ? tanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Jibril. Jibril menjawab: "Karena tadi di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung)" [HR. Muslim].
Malaikat rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang berteman dengan anjing. Abu Haurairah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : “ Malaikat tidak akan menemani kelompok manusia yang di tengah-tengah mereka terdapat anjing". [HR Muslim]
Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut : "Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa membawa anjing dan lonceng pada perjalanan merupakan perbuatan yang dibenci dan malaikat tidak akan menemani perjalanan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan malaikat adalah malaikat rahmat (yang suka memintakan ampun) bukan malaikat hafazhah yang mencatat amal manusia. [Lihat Syarah Shahih Muslim 14/94]
Malaikat juga tidak suka masuk rumah yang berbau tidak sedap. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah, dan makanan tidak sedap lainnya, maka jangan sekali-kali ia mendekati (memasuki) masjid kami, oleh karena sesungguhnya para malaikat terganggu dari apa-apa yang mengganggu manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Juga adanya penghuni rumah yang mengancam saudaranya (muslim) dengan senjata. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa mengarahkan (mengancam) saudaranya (muslim) dengan benda besi (pisau misalnya), maka orang itu dilaknat oleh malaikat, sekalipun orang itu adalah saudara kandungnya sendiri.” (HR Muslim).
Kita semua berharap rumah kita akan senantiasa dikelilingi malaikat dan dijauhkan dari syetan laknat. Maka tidak ada cara lain bagi kita kecuali senantiasa meningkatkan bobot dan kapasitas keimanan, keislaman dan keihsanan kita, setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Peningkatan ini kita butuhkan karena hidup ini tidak pernah henti berputar. Waktu kita terus bergulir dan kita tidak bisa menghentikannya. Umur kita terus mengkerut dan kita tidak bisa lagi merentangnya. Hanya ada satu kata dalam kehidupan kita : beramal saleh dengan segera, tanpa ditunda!!
Labels:
Ilmu NAQS
Thanks for reading Ngopi Bersama Malaikat. Please share...!
0 Comment for "Ngopi Bersama Malaikat"