Al Wasi’ artinya ialah Dzat yang meliputi segala sesuatu dengan ilmu-Nya, atau Dzat Yang Maha Pemurah yang rahmat-Nya menyeluruh kepada orang mukmin dan orang kafir, kepada orang bakti dan orang durhaka. Atau, Dzat yang tak habis-habisnya bukti-Nya, tak berakhir keekuasaan-Nya, dan tak terbatas Dzat, asma, dan sifat-Nya.
Al-Wasi’ berasal dari kata as-sa’ah (luas). Dan kata as-sa’ah itu terkadang disandarkan pada kata ilmu, jika ia menjadi luas dan meliputi dengan pengetahuan yang banyak. Dan terkadang disandarkan pada sifat baik dan menyebarkan kenikmatan. Jadi, Yang Mahaluas secara mutlak itu hanyalah Allah SWT, sebab jika dilihat ilmu-Nya, maka tidak ada tepi bagi lautan ilmu-Nya; dan jika dilihat kebaikan dan kenikmatan-Nya, maka tidak ada habisnya. Semua yang luas itu, betapapun besarnya, tetap akan berakhir di ujungnya. Yang tidak berakhir, dialah yang pantas disebut luas, dan Allah SWT, seperti yang telah kami katakan, adalah Dzat Yang Mahaluas secara mutlak. Luas seorang hamba adalah di dalam pengetahuan dan akhlaknya. Jika ilmunya banyak, maka ia disebut luas sesuai dengan luas ilmunya itu. Dan jika luas (lapang) akhlaknya sehingga tidak disempitkan oleh rasa takut miskin, dendam karena iri, rakus yang sangat dan sifat-sifat tercela lainnya, maka ia disebut luas (lapang). Namun ini semua ada ujungnya. Sedangkan yang luas tanpa ujung hanyalah Allah SWT semata.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bersikap lapang dalam akhlak dan kasih-sayang terhadap hamba-hamba Allah dalam setiap keadaan.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat mendatangkan kelapangan dan kedudukan, lapang dada dan terhindarnya ia dari sifat dendam dan tamak, serta mendatangkan sifat qana’ah (nrimo) bagi orang yang berzikir dengannya.
Al-Wasi’ berasal dari kata as-sa’ah (luas). Dan kata as-sa’ah itu terkadang disandarkan pada kata ilmu, jika ia menjadi luas dan meliputi dengan pengetahuan yang banyak. Dan terkadang disandarkan pada sifat baik dan menyebarkan kenikmatan. Jadi, Yang Mahaluas secara mutlak itu hanyalah Allah SWT, sebab jika dilihat ilmu-Nya, maka tidak ada tepi bagi lautan ilmu-Nya; dan jika dilihat kebaikan dan kenikmatan-Nya, maka tidak ada habisnya. Semua yang luas itu, betapapun besarnya, tetap akan berakhir di ujungnya. Yang tidak berakhir, dialah yang pantas disebut luas, dan Allah SWT, seperti yang telah kami katakan, adalah Dzat Yang Mahaluas secara mutlak. Luas seorang hamba adalah di dalam pengetahuan dan akhlaknya. Jika ilmunya banyak, maka ia disebut luas sesuai dengan luas ilmunya itu. Dan jika luas (lapang) akhlaknya sehingga tidak disempitkan oleh rasa takut miskin, dendam karena iri, rakus yang sangat dan sifat-sifat tercela lainnya, maka ia disebut luas (lapang). Namun ini semua ada ujungnya. Sedangkan yang luas tanpa ujung hanyalah Allah SWT semata.
Berakhlak dengan ism ini mengharuskan Anda bersikap lapang dalam akhlak dan kasih-sayang terhadap hamba-hamba Allah dalam setiap keadaan.
Khasiatnya
Ism ini berkhasiat mendatangkan kelapangan dan kedudukan, lapang dada dan terhindarnya ia dari sifat dendam dan tamak, serta mendatangkan sifat qana’ah (nrimo) bagi orang yang berzikir dengannya.
Labels:
Power Khasiyat Asmaul Husna
Thanks for reading 46. Al-Wasi’. Please share...!
0 Comment for "46. Al-Wasi’"