Al Khaliq ialah Dzat yang menciptakan alam semesta dan yang menghamparkannya. Al-Bari’ ialah Dzat yang menciptakan makhluk terlepas dari ketidakselarasan yang merusak tata-tertib. Dan Al Mushawwir ialah Dzat yang memberikan rupa kepada semua makhluk sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmat-Nya yang azali di dalam ilmu-Nya yang lebih dahulu, dan ini juga merupakan makna ism-Nya Al Hakim, sebab at-tashwir artinya “menjadikan sesuatu berbentuk” – Allah SWT telah menciptakan hamba dan membentuknya, sedang si hamba ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut.
Terkadang ada yang menyangka bahwa ketiga asma ini merupakan sinonim yang artinya “menciptakan” dan “membuat yang tak pernah ada sebelumnya.” Padahal, sebenarnya tidaklah demikian, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, sebab semua yang keluar dari seesuatu yang “tidak ada” menjadi “ada”,” pertama, membutuhkan takdir; kedua, membutuhkan pembuatan yang sesuai dengan takdir tersebut; dan ketiga, membutuhkan pembentukan sesudah pembuatan tersebut. Jadi, dalam kaitannya dengan hal ini, Allah adalah Al Khaliq dari segi Muqaddir (Yang Menentukan), kemudian Dia juga adalah Al Bari’ dari segi pengadaan dari yang “tidak ada” menjaadi “ada”, dan Dia Al Mushawwir dari segi pembentukan rupa.
Kita ambil contoh sebuah bangunan, misalnya. Bangunan itu pertama-tama membutuhkan penaksiran segala yang dibutuhkannya, seperti batu, kayu, dan tanah. Semua pekerjaan ini dilakukan oleh seorang insinyur. Pertama-tama ia menggambar bangunan itu dan membentuk modelnya, kemudian ia membutuhkan tukang batu untuk mendirikannya dan tukang ukir untuk membaguskan bentuknya. Demikianlah urutannya menurut perbuatan hamba. Namun tidak demikian menurut perbuatan Allah SWT, sebab Dialah Al Khaliq, Al Bari’ dan Al Mushawwir. Contohnya adalah manusia, salah satu di antara makhluk-Nya. Pertama-tama membutuhkan perencanaan dari apa akan dibentuk, kemudian tubuhnya dibentuk seperti seorang tukang batu membangun bangunan, kemudian diberi-Nya segala yang diperlukannnya berupa gerakan dan sifat yang menjadikan manusia itu hidup berakal, dan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Jadi, berdasarkan sifat-Nya menakdirkan sesuatu dan mengadakan dari “tidak ada” menjadi “ada”, Dia adalah Al Bari’. Dan berdasarkan sifat-Nya menjadiikan manusia sesuai dengan ilmu-Nya yang qadim, Dia adalah Al-Mushawwir.
Khasiatnya
Ism Al-Khaliq itu dibaca di tengah malam, gunanya adalah untuk menerangkan hati dan wajah.
Ism Al-Bari’ itu dibaca selama tujuh hari berturut-turut, tiap-tiap hari sebanyak seratus kali. Gunanya adalah untuk selamat dari bencana.
Ism Al-Mushawwir berguna untuk membantu pembuatan-pembuatan dan mengeluarkan buah, dan apabila seorang yang mandul berzikir dengannya setiap hari sebanyak 21 kali sambil berpuasa, dan dibaca ketika matahari sudah tenggelam dan sebelum berbuka, dilakukan selama tujuh hari berturut-turut, dan ketika berbuka hanya dengan air minum saja, niscaya mandulnya akan hilang.
Terkadang ada yang menyangka bahwa ketiga asma ini merupakan sinonim yang artinya “menciptakan” dan “membuat yang tak pernah ada sebelumnya.” Padahal, sebenarnya tidaklah demikian, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Ghazali, sebab semua yang keluar dari seesuatu yang “tidak ada” menjadi “ada”,” pertama, membutuhkan takdir; kedua, membutuhkan pembuatan yang sesuai dengan takdir tersebut; dan ketiga, membutuhkan pembentukan sesudah pembuatan tersebut. Jadi, dalam kaitannya dengan hal ini, Allah adalah Al Khaliq dari segi Muqaddir (Yang Menentukan), kemudian Dia juga adalah Al Bari’ dari segi pengadaan dari yang “tidak ada” menjaadi “ada”, dan Dia Al Mushawwir dari segi pembentukan rupa.
Kita ambil contoh sebuah bangunan, misalnya. Bangunan itu pertama-tama membutuhkan penaksiran segala yang dibutuhkannya, seperti batu, kayu, dan tanah. Semua pekerjaan ini dilakukan oleh seorang insinyur. Pertama-tama ia menggambar bangunan itu dan membentuk modelnya, kemudian ia membutuhkan tukang batu untuk mendirikannya dan tukang ukir untuk membaguskan bentuknya. Demikianlah urutannya menurut perbuatan hamba. Namun tidak demikian menurut perbuatan Allah SWT, sebab Dialah Al Khaliq, Al Bari’ dan Al Mushawwir. Contohnya adalah manusia, salah satu di antara makhluk-Nya. Pertama-tama membutuhkan perencanaan dari apa akan dibentuk, kemudian tubuhnya dibentuk seperti seorang tukang batu membangun bangunan, kemudian diberi-Nya segala yang diperlukannnya berupa gerakan dan sifat yang menjadikan manusia itu hidup berakal, dan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Jadi, berdasarkan sifat-Nya menakdirkan sesuatu dan mengadakan dari “tidak ada” menjadi “ada”, Dia adalah Al Bari’. Dan berdasarkan sifat-Nya menjadiikan manusia sesuai dengan ilmu-Nya yang qadim, Dia adalah Al-Mushawwir.
Khasiatnya
Ism Al-Khaliq itu dibaca di tengah malam, gunanya adalah untuk menerangkan hati dan wajah.
Ism Al-Bari’ itu dibaca selama tujuh hari berturut-turut, tiap-tiap hari sebanyak seratus kali. Gunanya adalah untuk selamat dari bencana.
Ism Al-Mushawwir berguna untuk membantu pembuatan-pembuatan dan mengeluarkan buah, dan apabila seorang yang mandul berzikir dengannya setiap hari sebanyak 21 kali sambil berpuasa, dan dibaca ketika matahari sudah tenggelam dan sebelum berbuka, dilakukan selama tujuh hari berturut-turut, dan ketika berbuka hanya dengan air minum saja, niscaya mandulnya akan hilang.
Labels:
Power Khasiyat Asmaul Husna
Thanks for reading 12. Al Khaliq, 13. Al Bari’, 14. Al Mushawwir. Please share...!
0 Comment for "12. Al Khaliq, 13. Al Bari’, 14. Al Mushawwir"