Seorang Muslim harus bisa menjadi pusaran pengharapan, bagi diri sendiri, orang lain, lingkungan dan alam semesta ini.
Rasulullah saw bersabda, "Sebaik-baik manusia, yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." Sementara dalam hadits yang lain, Rasulullah menegaskan, "Orang Muslim, ialah orang yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya."
Dua hadits di atas menegaskan apa yang kita sebut dengan daya cipta manfaat. Artinya, kemusliman kita semestinya menjadi pusaran-pusaran manfaat, yang orang lain dan kehidupan sekitar menaruh harapan besar pada jati diri kemusliman kita. Hadits itu juga menegaskan, bagaimana seharusnya arus manfaat dari diri kita terus mengalir, sementara arus yang merugikan tertahan. Sehingga orang-orang mendapat manfaat dari diri kita, sekaligus terhindar dari kejahatan lisan dan tangan kita.
Daya cipta manfaat, adalah prinsip utama kehidupan seorang mukmin. Tetapi sumber inspirasi dari daya cipta manfaat adalah keimanan itu sendiri. Itu sebabnya, seorang mukmin harus bisa hidup dengan imannya itu. Keimanan itu sendiri harus berbuah, memberi manfaat bagi orang lain. Sebab tradisi keimanan sendiri, atau anatominya adalah seperti pohon yang memberi buah manfaat bagi kehidupan ini.
Allah swt menjelaskan, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." "Dan perumpamaan kalimat yang buruk (kekufuran) seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permurkaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di duniia dan akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzolim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. " (QS. Ibrahim: 24-26).
Bila pengharapan itu tak bisa lagi ditautkan pada diri orang-orang Islam, maka tak akan ada lagi pengharapan yang layak diimpikan. Sesungguhnya di negeri ini, di tempat ini, kita ditakdirkan lahir dan tumbuh sebagai seorang Muslim.
Maka di sini, di dalam diri kita, di kebesaran umat Muslim di negeri ini, ada begitu banyak pusaran pengharapan, dari orang lain, dari sesama kita, juga dari kehidupan para penduduk bumi di mana saja.
Di setiap pilihan hidup kita, sebagai apa pun, kemusliman kita harus berdaya cipta, memberi manfaat, dan menjadi pusaran pengharapan bagi kehidupan. Hanya orang-orang Muslim yang punya daya cipta manfaat, yang akan memancarkan cahaya Islam dalam performa luhur, yang mampu menjadi ruh bagi kehidupan ini. Wallahu’alam.
Rasulullah saw bersabda, "Sebaik-baik manusia, yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." Sementara dalam hadits yang lain, Rasulullah menegaskan, "Orang Muslim, ialah orang yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya."
Dua hadits di atas menegaskan apa yang kita sebut dengan daya cipta manfaat. Artinya, kemusliman kita semestinya menjadi pusaran-pusaran manfaat, yang orang lain dan kehidupan sekitar menaruh harapan besar pada jati diri kemusliman kita. Hadits itu juga menegaskan, bagaimana seharusnya arus manfaat dari diri kita terus mengalir, sementara arus yang merugikan tertahan. Sehingga orang-orang mendapat manfaat dari diri kita, sekaligus terhindar dari kejahatan lisan dan tangan kita.
Daya cipta manfaat, adalah prinsip utama kehidupan seorang mukmin. Tetapi sumber inspirasi dari daya cipta manfaat adalah keimanan itu sendiri. Itu sebabnya, seorang mukmin harus bisa hidup dengan imannya itu. Keimanan itu sendiri harus berbuah, memberi manfaat bagi orang lain. Sebab tradisi keimanan sendiri, atau anatominya adalah seperti pohon yang memberi buah manfaat bagi kehidupan ini.
Allah swt menjelaskan, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." "Dan perumpamaan kalimat yang buruk (kekufuran) seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permurkaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di duniia dan akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzolim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. " (QS. Ibrahim: 24-26).
Bila pengharapan itu tak bisa lagi ditautkan pada diri orang-orang Islam, maka tak akan ada lagi pengharapan yang layak diimpikan. Sesungguhnya di negeri ini, di tempat ini, kita ditakdirkan lahir dan tumbuh sebagai seorang Muslim.
Maka di sini, di dalam diri kita, di kebesaran umat Muslim di negeri ini, ada begitu banyak pusaran pengharapan, dari orang lain, dari sesama kita, juga dari kehidupan para penduduk bumi di mana saja.
Di setiap pilihan hidup kita, sebagai apa pun, kemusliman kita harus berdaya cipta, memberi manfaat, dan menjadi pusaran pengharapan bagi kehidupan. Hanya orang-orang Muslim yang punya daya cipta manfaat, yang akan memancarkan cahaya Islam dalam performa luhur, yang mampu menjadi ruh bagi kehidupan ini. Wallahu’alam.
Labels:
KEAJAIBAN SYUKUR
Thanks for reading Iman Yang Benar Pasti Berbuah. Please share...!
0 Comment for "Iman Yang Benar Pasti Berbuah"