Apakah Hizib itu?
hizib adalah doa yang disusun para wali yang masih dikeramatkan. Hizib yang mengandung fadhilah dan khasiat yang luar biasa ini adalah kumpulan ayat-ayat Alqur’an, dzikir dan doa yang dipilih dan disusun oleh ulama salafush shalih yang termasyhur sebagai waliyullah (Kekasih Allah), hanya saja yang membedakan setiap hizib antara lain asrar yang terkandung dalam setiap rangkaian ayat, doa, atau kutipan hadits, yang sesuai dengan karakter Wali sang penyusun.
Sementara, kandungan dalam hizib terdapat banyak sirr (rahasia) yang tidak mudah dipahami oleh orang awam, seperti kutipan ayat yang isinya terkadang seperti tidak terkait dengan rangkaian doa sebelumnya padahal yang terkait adalah asbabun nuzul-nya. Hizib juga biasanya mengandung lebih banyak ismul a’zham (asma Allah yang agung) yaitu nama Allah seperti yang terkandung diantara “KAf dan NUN”.
Dengan kata lain, hijib yang terbentuk bukan saja atas keinginan para wali saja namun yang diterima dari Rasululloh langsung dan diterima dari Ilham Allah SWT.
Oleh para Awliya hizib disusun dan dirancang ada yang untuk konsumsi umum sehingga semua orang boleh mengamalkannya untuk memperkuat benteng diri dan sebagainya. Ada juga yang dirancang untuk kalangan tertentu yang dianggap memiliki kemampuan lebih dari yang lain.
Mengamalkan suatu hizib tidak terlepas dari cobaan atau ujian (ada efek negatif), biasanya cobaannya itu ada yang berbentuk kedigjayaan atau kesaktian berbukti (menonjol), atau rezekinya berlimpah, menjadi kaya raya, punya kharisma wibawa dan sebagainya. Semua cobaan itu akan membuat kita sombong atau minder. Makanya ketika kita memulai mengamalkan hizib harus lebih ikhlas dan sepenuhnya berserah diri pada Allah agar kita mampu menghadapi semua cobaan yang datang.
Secara harfiah Hizib dapat diartikan sebagai golongan, atau kelompok bahkan ada yang mengartikan sebgai tentara, Kata Hizib muncul di Al-Quran sebanyak beberapa kali yaitu :
1. Surat Al Maaidah ayat 56 :
Dan barang siapa yang menjadikan Allah ta’ala, RosulNya dan orang-orang yang beriman sebagai pemimpin, maka sesungguhnya Golongan (Hizbu) Alloh-lah sebagai pemenang.
2. Surat Al Kahfi ayat 12 :
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah diantara kedua golongan (Al hizbaini) itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal didalam gua itu
3. Surat Ar Ruum ayat 32 :
dari orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan (HIzbin) mereka
4. Surat Al Fathiir ayat 6 :
Sungguh setan itu membawa permusuhan bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, sesungguhnya mereka mengajak Golongannya (Hizbuhu) agar menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
5. Surat Al Mujaadilah ayat 19 :
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Alloh ta’ala; mereka itulah golongan (Hizbu) setan. Ketahuilah bahwa golongan (Hizba) setan lah yang merugi.
6. Surat Mujadiilaah ayat 22 :
Engkau tidak akan mendapatkan satu kaum yang beriman kepada Allah ta’ala dan kepada hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang didalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan/ ruh yang datang dari Dia. Lalu dimasukkannya mereka kedalam syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha. Merekalah golongan (Hizbu) Allah. Ingatlah sesungguhnya golongan (Hizba) Allah-lah yang beruntung.
Masih segar dalam ingatan kita, ketika Nabi dan para sahabat bertempur melawan kaum musyrikin dalam perang badar, Allah sengaja mendatangkan 5000 pasukan sebagai bala bantuan yang bertandakan putih, mereka adalah para malaikat (Hizbullah), kata Hizib sendiri terkadang juga digunakan untuk menyebut “mendung yang berarak” atau “mendung yang tersisa”. Semisal hizbun min al-ghumum (sebagian atau sekelompok mendung).
Ternyata untuk selanjutnya perkembangan kata hizib dalam tradisi thariqah atau yang berkembang di pesantren adalah untuk “menandai” sebuah bacaan-bacaan tertentu. Misalnya hizib yang dibaca hari jum’at; yang dimaksud adalah wirid-wirid tertentu yang dibaca hari jum’at.
Untuk selanjutnya, makna hizib adalah wirid itu sendiri. Atau juga bisa bermakna munajat, ada hizib Ghazaly, Hizib Bukhori, Hizib Nawawi, Hizib Bahri, Hizib Syeikh Abdul Qadir Jailani, Ratib Al-Ahdad, yang masing-masing memiliki sejarah sendiri-sendiri.
Hizib adalah himpunan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’anul karim dan untaian kalimat-kalimat zikir dan do’a yang lazim diwiridkan atau diucapkan berulang-ulang sebagai salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Ustadz Sayyid Qutb menyeru kepada kita utk hidup di bawah naungan Al-Quran –sebagaimana ia hidup di dalamnya- utk menemukan rahasia, tabiat & kunci-kuncinya.
Hidup di bawah naungan Al-Quran, bukan berari mempelajari Al-Quran & membacanya serta menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya. Namun yang dimaksud disini adalah hidup di bawah naungna Al-Quran: Manusia berada di bawah naungannya; dalam berbagai suasana & kondisi; dalam bergerak, saat lelah, saat bertarung, & saat sedih serta saat bergembira & senang. Seperti yang terjadi pd masa awal turunnya Al-Quran.! ;Hidup dengannya dalam menghadapi kejahiliaan yang menggejala dipermukaan bumi saat ini; dalam hatinya, niatnya & geraknya; terpatri dalam jiwanya yang selalu bergelora akan ruh Islam; dalam jiwa umat manusia & dalam kehidupannya & kehidupan seluruh manusia juga.
Hidup yang berhadapan dg kejahiliaan; dg berbagai penomena-fenomenanya, tindak-tanduknya & adat istiadatnya; dg seluruh geraknya & tekanan yang dilancarkannya, bahkan -jika perlu- perang dengannya sebagai usaha utk mempertahankan aqidah rabbaniyah, sistem rabbani, segala methode & gerak yang bermanhaj robbani.
Inilah lingkungan Al-Quran yang mungkin manusia bisa hidup di dalamnya, merasakan kenikmatan hidup di dalamnya, karena dg lingkungan demikianlah Al-Quran turun, sebagaimana dalam lingkungan begitu pula Al-Quran diamalkan. Bagi siapa yang tidak mau menjalani kehidupan seperti itu, maka dirinya akan jauh & terkucil dari hidayah Al-Quran, walaupun mereka tenggelam dalam mempelajarinya, membacanya & menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.
Usaha yang mesti kita kobarkan utk membangun jembatan antara orang-orang yang mukhlis & Al-Quran bukanlah tujuan kecuali setelah melintasi jembatan tersebut hingga sampai pd satu tempat lain & berusaha menghidupkan lingkungan Al-Quran secara baik; dg amal & pergerakan. Hingga pd saatnya nanti mereka akan merasakan keberadaan Al-Quran; menikmati kenikmatan yang telah Allah anugrahkan kepada siapa yang Dia kehendaki. (4)
Dan menunjukkan kepada kita cara yang terbaik dalam membaca, mentadabburkan, & mendapatkan rahasia-rahasia & kandungan Al-Quran, beliau berkata : “Sesungguhnya Al-Quran harus dibaca, para generasi umat islam hendaknya menelaahnya dg penuh kesadaran. Harus ditadabburi bahwasannya Al-Quran memiliki arahan-arahan yang hidup, selalu diturunkan hingga hari ini guna memberikan solusi pd masalah yang terjadi saat ini & menyinari jalan menuju masa depan yang gemilang. Bukan hanya sekedar ayat dibaca dg merdu & indah, / sekedar dokumentasi akan hakekat peristiwa yang terjadi pd masa lampau.
Kita tidak akan bisa mengambil manfaat dari Al-Quran ini sampai kita mendapatkan darinya arahan-arahan tentang kehidupan realita kita pd saat ini & mendatang, sebagaimana yang telah didapati oleh para generasi islam pertama, saat mereka mengambil & mengamalkan arahan-arahan & petunjuk-petunjuk Al-Quran dalam kehidupan mereka. Saat kita membaca Al-Quran dg penuh penghayatan, maka kita akan dapati apa yang kita inginkan; Kita akan dapati keajaiban yang tidak terbetik dalam jiwa kita yang pelupa ! kita juga akan dapati kalimat-kalimatnya yang teratur, ungkapan-ungkapannya yang indah, & petunjuk-petunjuknya yang hidup, mengalir & bergerak serta mengarahkan menuju petunjuk jalan yang lurus” (5)
Disebutkan –dalam pembukaan surat Ali Imron sebagai surat peperangan & pergerakan- tentang kenikmatan hidup dg Al-Quran & syarat-syarat utk mencapai & meraihnya. Akan tampak disana kerugian yang mendalam antara kita & Al-Quran jika kita tidak berusaha mengamalkannya secara baik, menghadirkan dalam persepsi kita bahwa Al-Quran ini diberikan kepada umat yang giat & punya kesemangatan hidup, memiliki eksistensi diri dg baik, & menghadapi berbagai peristiwa-peristiwa yang menimpa dalam kehidupn umat ini.
Akan tampak disana dinding pemisah yang sangat tinggi antara jiwa kita & Al-Quran, selama kita membacanya / mendengarnya seakan ia hanya sekedar bacaan ibadah saja & tidak memiliki hubungan denga realita kehidupan manusia saat ini.
Mukjizat Al-Quran yang mengagumkan meliputi, saat dia diturunkan guna menghadapi realita tertentu & umat tertentu, pd masa dari masa-masa sejarah yang tertentu, khususnya umat ini yang berada dalam menghadapi perang yang sangat besar yang berusaha mengubah sejarah ini & sejarah umat manusia seluruhnya. Namun –besamaan dg ini- Al-Quran diperlakukan, dihadirkan & dimiliki hanya utk menghadapi kehidupan modern saja, seakan-akan dia diturunkan pd saat menanggulangi jamaah Islam pd permasalahan yang sedang berlangsung, dalam peperangan yang terjadi dg jahiliyah disekitarnya.
Agar kita dapat meraih kekuatan yang dimiliki Al-Quran, mendapatkan hakekat yang terdapat di dalamnya dari kehidupan yang menyeluruh, meraih petunjuk yang tersimpan utk jamaah muslimah pd setiap generasi. Maka selayaknya kita harus menghadirkan persepsi kita seperti generasi Islam pertama saat diturunkan kepada mereka Al-Quran pertama kali sehingga mereka bergerak dalam realita kehidupan mereka secara nyata.
Dengan teori ini kita akan dapat melihat kehidupan yang bergerak di tengah kehidupan generasi Islam pertama, & begitupun dg kehidupan kita saat ini; kita merasakan bahwa Al-Qur’an akan selalu bersama kita saat ini & nanti –masa mendatang-, & Al-Qur’an bukan hanya sekedar bacaan saja yang jauh dari kehidupan nyata yang terbatas. (6)
“Bahwa nash-nash Al-Quran tidak akan dapat difahami dg baik hanya melalui pemahaman dari petunjuk-petunjuk secara bayan & bahasa saja, namun yang pertama kali -dan sebelum yang lainnya- yang harus dilakukan adalah dg merasakan kehidupan dalam suasana sejarah pergerakan & dalam realita positif, & menghubungkannya dg realita kehidupan nyata. Karena Al-Qur’an tidak akan terbuka rahasianya hanya melalui pandangan yang jauh ini kecuali dalam wujud persesuaian realita sejarah, sehingga akan tampak sentuhan-sentuhannya yang kontinyu, objektivitasnya yang terus menerus. Namun bagi siapa yang bergerak dg ajarannya saja, yaitu mereka yang hanya membahas nash-nash Al-Quran dari segi bahasa & bayan saja, maka hanya akan mendapat luarnya saja, sementara bagian dalamnya jauh dari hatinya. (7)
Sesungguhnya Al-Quran memiliki tabiat pergerakan & misi yang nyata, hidup & bergerak, dari sini berarti Al-Quran tidak akan bisa dirasakan & dinikmati dg baik kecuali bagi siapa yang bergerak secara benar & pasti dalam realita kehidupannya. Beliau berkata : “sesungguhnya Al-Qur’an tidak bisa dirasakan kecuali yang turun & bergelut dalam kancah peperangan ini, bergerak seperti yang terjadi sebelumnya saat pertama kali diturunkan Al-Quran. Sedangkan mereka Mempelajari Al-Quran dari segi bayan / sekedar seninya saja, maka tidak akan dapat memiliki hakekat kebenaran sedikitpun darinya hanya sekedar duduk-duduk, berdiam diri & merasa tenang, namun jauh dari kancah pertempuran & jauh dari pergerakan.
Bahwa hakekat Al-Quran ini, selamanya tidak akan dapat direngkuh oleh orang-orang yang malas; & bahwa rahasia yang terkandung didalamnya tidak akan muncul bagi siapa yang terpengaruh dg ketentraman & ketenangan beribadah kepada selain Allah, bergaul utk thogut-thogut musuh Allah & umat Islam. (8)
Bahwa pengertian diatas dikuatkan dg pernyataan lainnya : “Demikianlah Al-Quran akan terus bergerak pd hari ini & esok –masa mendatang- dalam memunculkan kebangkitan Islam, menggerakannya dalam jalan dawah yang terprogram”.
Gerakan ini tentunya butuh kepada Al-Quran yang memberikan ilham & wahyu. Ilham dalam manhaj haraki, konsep & langkah-langkahnya, sedangkan wahyu mengarahkan konsep & langkah tersebut jika dibutuhkan, & memberi kekuatan batin terhadap apa yang akan dihadapi di penghujung jalan.
Al-Quran –dalam persepsi ini- tidak hanya sekedar ayat-ayat yang dibaca utk meminta berkah, namun didalamnya berlimpahan kehidupan yang selalu turun atas jamaah muslimah yang bergerak bersamanya, mengikuti arahan-arahannya, & mengharap ganjaran & janji Allah SWT.
Inilah yang kami maksud bahwa Al-Quran tidak akan terbuka rahasia-rahasianya kecuali bagi golongan muslim yang berinteraksi dengannya utk merealisasikan petunjuk-petunjuknya di alam realita, bukan bagi mereka yang hanya sekedar membacanya utk meminta berkah ! bukan bagi mereka yang membacanya hanya utk belajar seni & keilmuan, & juga bukan bagi mereka yang hanya mempelajari & membahas dalam bidang bayan saja !
Mereka semua sama sekali tidak akan mendapatkan dari Al-Quran sesuatu apapun, karena Al-Quran tidak diturunkan bukan utk sekedar dipelajari & dijadikan mata pelajaran namun sebagai pelajaran pergerakan & taujih –pemberi petunjuk & arahan-.” (9)
Karena itu, bersegeralah memperbaiki pemahaman Al-Quran & mentadabburkannya, berinteraksi dengannya seputar teori pergerakan, menggunakan kunci-kunci yang memberi petunjuk dalam berinteraksi & mentadabburkan Al-Qur’an. Karena yang demikian sesuai dg tabiat dasar Al-Quran yang mulia & karakteristiknya yang unik. Dan ketahuilah bahwa yang demikian itu adalah “Realita pergerakan” sebagai kunci dalam berinteraksi dg Al-Kitab yang mengagumkan & mukjizat yang indah & memberi petunjuk.
”Karena itu gerakan Islam akan selalu berhadapan –yang menjadi kebutuhan & tuntutan- setiap kali berulang masa ini (masa penghalangan dawah Islam di Mekkah antara tahun kesedihan & Hijrah), seperti yang dihadapi gerakan Islam sekarang di era modern ini.
Dan yang demikian harus disertai dg keadaan, situasi, kondisi, kebutuhan, & tuntuan realita amaliyah seperti saat diturunkannya Al-Quran pertama kali. Dan hal tersebut guna mengetahui arah tujuan nash & aspek-aspek petunjuk-petunjuknya, meneropong sentuhan-sentuhannya yang selalu bergerak di tengah kehidupan yang selalu berhadapan dg realita sebagaimana makhluk hidup yang bergerak –berinteraksi dengannya / berseberangan dengannya. Pandangan ini merupakan perkara yang sangat urgen guna memahami hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Quran & merasakan kenikmatan bersamanya. Sebagaimana ia juga sangat penting utk dapat memanfaatkan petunjuk-petunjuknya setiap kali berulang suasana & situasi di masa sejarah yang akan datang, khususnya zaman yang sedang kita hadapi saat ini, saat kita bergelut dalam pergerakan dawah islam.
Bahwa tidak akan ditemukan pandangan ini kecuali mereka yang bergerak secara pasti dg agama ini dalam menghadapi & memberantas kejahilian modern, karena umat akan menghadapi peristiwa, suasana & situasi seperti yang di hadapi oleh generasi awal dawah & kaum kaum muslimin bersamanya. (10)
Ada Sebuah Kisah Dari Mbah Guugle :
Setelah Allah menciptakan para malaikat pemikul Arasy, Allah berfirman kepada mereka : "Pikullah Arasy-Ku !!" Tetapi mereka tidak kuat untuk memikulnya. Lalu Allah menjadikan masing-masing malaikat tersebut memiliki kekuatan seperti kekuatan seluruh malaikat yang ada di semua langit tujuh. Lalu Allah pun berfirman kembali kepada mereka, "Pikullah Arasy-Ku !!". Namun apa daya, mereka, para malaikat pemikul Arasy tersebut masih belum mampu memikul Arasy. Lalu Allah kemudian menambah tenaga / kekuatan malaikat tersebut setara dengan gabungan kekuatan para malaikat yang ada di langit dan seluruh manusia yang ada di bumi. Kemudian Allah berfirman kembali, "Pikullah Arasy-Ku!!" Tetapi tetap mereka belum juga mampu untuk memikul Arasy. Akhirnya, Allah berfirman kepada mereka, "Katakanlah, Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah."
Setelah mereka mengucapkan kalimat Hauqolah tersebut, mereka menjadi mampu untuk mengangkat / memikul Arasy, namun kaki-kaki mereka menjadi terjerembab dan menancap sampai pada lapis bumi ketujuh dan terus melesat seperti kecepatan kekuatan angin, sehingga telapak kaki mereka tidak berpijak, mereka pun menjadi bergelantungan berpegangan terhadap Arasy. Karena terjadi hal seperti tersebut, mereka terus-menerus mengucapkan kalimat Hauqolah itu, dan tidak berani main-main dalam mengucapkannya, karena takut sewaktu-waktu mereka akan jatuh, sementara mereka sedang asyik memikul Arasy.
Dengan demikian para malaikat pemikul Arasy itu, memikulnya dan Arasy pun memikul / menarik mereka (saling tarik-menarik), sehingga masing-masing menanggung beban berat atas kekuasaan Allah SWT.
Maraji’
(1). lihat: Muqaddimah Fi Zhilalil Quran & Biodata Sayyid Qutb pd surat Al-Araf.
(2). Lihat: Al-Manhaj Al-Haraki Fi Az-Zhilal.
(3). Lihat: Khasais At-Tashawur Al-Islami, Sayyid Qutb, hal. 7-8
(4). Lihat: Fi Zhilalil Qur’an, jil. 2, hal. 1016-1017
(5). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 1, hal. 61
(6). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 1, hal. 348-349
(7). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil 3, hal. 1453
(8). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 4, hal. 1864
(9). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 4, hal. 1948
(10). Fi Zhilalil Quran, jil. 4, hal. 2121-2122
Sumber: al-ikhwan.net
hizib adalah doa yang disusun para wali yang masih dikeramatkan. Hizib yang mengandung fadhilah dan khasiat yang luar biasa ini adalah kumpulan ayat-ayat Alqur’an, dzikir dan doa yang dipilih dan disusun oleh ulama salafush shalih yang termasyhur sebagai waliyullah (Kekasih Allah), hanya saja yang membedakan setiap hizib antara lain asrar yang terkandung dalam setiap rangkaian ayat, doa, atau kutipan hadits, yang sesuai dengan karakter Wali sang penyusun.
Sementara, kandungan dalam hizib terdapat banyak sirr (rahasia) yang tidak mudah dipahami oleh orang awam, seperti kutipan ayat yang isinya terkadang seperti tidak terkait dengan rangkaian doa sebelumnya padahal yang terkait adalah asbabun nuzul-nya. Hizib juga biasanya mengandung lebih banyak ismul a’zham (asma Allah yang agung) yaitu nama Allah seperti yang terkandung diantara “KAf dan NUN”.
Dengan kata lain, hijib yang terbentuk bukan saja atas keinginan para wali saja namun yang diterima dari Rasululloh langsung dan diterima dari Ilham Allah SWT.
Oleh para Awliya hizib disusun dan dirancang ada yang untuk konsumsi umum sehingga semua orang boleh mengamalkannya untuk memperkuat benteng diri dan sebagainya. Ada juga yang dirancang untuk kalangan tertentu yang dianggap memiliki kemampuan lebih dari yang lain.
Mengamalkan suatu hizib tidak terlepas dari cobaan atau ujian (ada efek negatif), biasanya cobaannya itu ada yang berbentuk kedigjayaan atau kesaktian berbukti (menonjol), atau rezekinya berlimpah, menjadi kaya raya, punya kharisma wibawa dan sebagainya. Semua cobaan itu akan membuat kita sombong atau minder. Makanya ketika kita memulai mengamalkan hizib harus lebih ikhlas dan sepenuhnya berserah diri pada Allah agar kita mampu menghadapi semua cobaan yang datang.
Secara harfiah Hizib dapat diartikan sebagai golongan, atau kelompok bahkan ada yang mengartikan sebgai tentara, Kata Hizib muncul di Al-Quran sebanyak beberapa kali yaitu :
1. Surat Al Maaidah ayat 56 :
Dan barang siapa yang menjadikan Allah ta’ala, RosulNya dan orang-orang yang beriman sebagai pemimpin, maka sesungguhnya Golongan (Hizbu) Alloh-lah sebagai pemenang.
2. Surat Al Kahfi ayat 12 :
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah diantara kedua golongan (Al hizbaini) itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal didalam gua itu
3. Surat Ar Ruum ayat 32 :
dari orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan (HIzbin) mereka
4. Surat Al Fathiir ayat 6 :
Sungguh setan itu membawa permusuhan bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, sesungguhnya mereka mengajak Golongannya (Hizbuhu) agar menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
5. Surat Al Mujaadilah ayat 19 :
Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Alloh ta’ala; mereka itulah golongan (Hizbu) setan. Ketahuilah bahwa golongan (Hizba) setan lah yang merugi.
6. Surat Mujadiilaah ayat 22 :
Engkau tidak akan mendapatkan satu kaum yang beriman kepada Allah ta’ala dan kepada hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang didalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan/ ruh yang datang dari Dia. Lalu dimasukkannya mereka kedalam syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha. Merekalah golongan (Hizbu) Allah. Ingatlah sesungguhnya golongan (Hizba) Allah-lah yang beruntung.
Masih segar dalam ingatan kita, ketika Nabi dan para sahabat bertempur melawan kaum musyrikin dalam perang badar, Allah sengaja mendatangkan 5000 pasukan sebagai bala bantuan yang bertandakan putih, mereka adalah para malaikat (Hizbullah), kata Hizib sendiri terkadang juga digunakan untuk menyebut “mendung yang berarak” atau “mendung yang tersisa”. Semisal hizbun min al-ghumum (sebagian atau sekelompok mendung).
Ternyata untuk selanjutnya perkembangan kata hizib dalam tradisi thariqah atau yang berkembang di pesantren adalah untuk “menandai” sebuah bacaan-bacaan tertentu. Misalnya hizib yang dibaca hari jum’at; yang dimaksud adalah wirid-wirid tertentu yang dibaca hari jum’at.
Untuk selanjutnya, makna hizib adalah wirid itu sendiri. Atau juga bisa bermakna munajat, ada hizib Ghazaly, Hizib Bukhori, Hizib Nawawi, Hizib Bahri, Hizib Syeikh Abdul Qadir Jailani, Ratib Al-Ahdad, yang masing-masing memiliki sejarah sendiri-sendiri.
Hizib adalah himpunan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’anul karim dan untaian kalimat-kalimat zikir dan do’a yang lazim diwiridkan atau diucapkan berulang-ulang sebagai salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Ustadz Sayyid Qutb menyeru kepada kita utk hidup di bawah naungan Al-Quran –sebagaimana ia hidup di dalamnya- utk menemukan rahasia, tabiat & kunci-kuncinya.
Hidup di bawah naungan Al-Quran, bukan berari mempelajari Al-Quran & membacanya serta menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya. Namun yang dimaksud disini adalah hidup di bawah naungna Al-Quran: Manusia berada di bawah naungannya; dalam berbagai suasana & kondisi; dalam bergerak, saat lelah, saat bertarung, & saat sedih serta saat bergembira & senang. Seperti yang terjadi pd masa awal turunnya Al-Quran.! ;Hidup dengannya dalam menghadapi kejahiliaan yang menggejala dipermukaan bumi saat ini; dalam hatinya, niatnya & geraknya; terpatri dalam jiwanya yang selalu bergelora akan ruh Islam; dalam jiwa umat manusia & dalam kehidupannya & kehidupan seluruh manusia juga.
Hidup yang berhadapan dg kejahiliaan; dg berbagai penomena-fenomenanya, tindak-tanduknya & adat istiadatnya; dg seluruh geraknya & tekanan yang dilancarkannya, bahkan -jika perlu- perang dengannya sebagai usaha utk mempertahankan aqidah rabbaniyah, sistem rabbani, segala methode & gerak yang bermanhaj robbani.
Inilah lingkungan Al-Quran yang mungkin manusia bisa hidup di dalamnya, merasakan kenikmatan hidup di dalamnya, karena dg lingkungan demikianlah Al-Quran turun, sebagaimana dalam lingkungan begitu pula Al-Quran diamalkan. Bagi siapa yang tidak mau menjalani kehidupan seperti itu, maka dirinya akan jauh & terkucil dari hidayah Al-Quran, walaupun mereka tenggelam dalam mempelajarinya, membacanya & menelaah ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.
Usaha yang mesti kita kobarkan utk membangun jembatan antara orang-orang yang mukhlis & Al-Quran bukanlah tujuan kecuali setelah melintasi jembatan tersebut hingga sampai pd satu tempat lain & berusaha menghidupkan lingkungan Al-Quran secara baik; dg amal & pergerakan. Hingga pd saatnya nanti mereka akan merasakan keberadaan Al-Quran; menikmati kenikmatan yang telah Allah anugrahkan kepada siapa yang Dia kehendaki. (4)
Dan menunjukkan kepada kita cara yang terbaik dalam membaca, mentadabburkan, & mendapatkan rahasia-rahasia & kandungan Al-Quran, beliau berkata : “Sesungguhnya Al-Quran harus dibaca, para generasi umat islam hendaknya menelaahnya dg penuh kesadaran. Harus ditadabburi bahwasannya Al-Quran memiliki arahan-arahan yang hidup, selalu diturunkan hingga hari ini guna memberikan solusi pd masalah yang terjadi saat ini & menyinari jalan menuju masa depan yang gemilang. Bukan hanya sekedar ayat dibaca dg merdu & indah, / sekedar dokumentasi akan hakekat peristiwa yang terjadi pd masa lampau.
Kita tidak akan bisa mengambil manfaat dari Al-Quran ini sampai kita mendapatkan darinya arahan-arahan tentang kehidupan realita kita pd saat ini & mendatang, sebagaimana yang telah didapati oleh para generasi islam pertama, saat mereka mengambil & mengamalkan arahan-arahan & petunjuk-petunjuk Al-Quran dalam kehidupan mereka. Saat kita membaca Al-Quran dg penuh penghayatan, maka kita akan dapati apa yang kita inginkan; Kita akan dapati keajaiban yang tidak terbetik dalam jiwa kita yang pelupa ! kita juga akan dapati kalimat-kalimatnya yang teratur, ungkapan-ungkapannya yang indah, & petunjuk-petunjuknya yang hidup, mengalir & bergerak serta mengarahkan menuju petunjuk jalan yang lurus” (5)
Disebutkan –dalam pembukaan surat Ali Imron sebagai surat peperangan & pergerakan- tentang kenikmatan hidup dg Al-Quran & syarat-syarat utk mencapai & meraihnya. Akan tampak disana kerugian yang mendalam antara kita & Al-Quran jika kita tidak berusaha mengamalkannya secara baik, menghadirkan dalam persepsi kita bahwa Al-Quran ini diberikan kepada umat yang giat & punya kesemangatan hidup, memiliki eksistensi diri dg baik, & menghadapi berbagai peristiwa-peristiwa yang menimpa dalam kehidupn umat ini.
Akan tampak disana dinding pemisah yang sangat tinggi antara jiwa kita & Al-Quran, selama kita membacanya / mendengarnya seakan ia hanya sekedar bacaan ibadah saja & tidak memiliki hubungan denga realita kehidupan manusia saat ini.
Mukjizat Al-Quran yang mengagumkan meliputi, saat dia diturunkan guna menghadapi realita tertentu & umat tertentu, pd masa dari masa-masa sejarah yang tertentu, khususnya umat ini yang berada dalam menghadapi perang yang sangat besar yang berusaha mengubah sejarah ini & sejarah umat manusia seluruhnya. Namun –besamaan dg ini- Al-Quran diperlakukan, dihadirkan & dimiliki hanya utk menghadapi kehidupan modern saja, seakan-akan dia diturunkan pd saat menanggulangi jamaah Islam pd permasalahan yang sedang berlangsung, dalam peperangan yang terjadi dg jahiliyah disekitarnya.
Agar kita dapat meraih kekuatan yang dimiliki Al-Quran, mendapatkan hakekat yang terdapat di dalamnya dari kehidupan yang menyeluruh, meraih petunjuk yang tersimpan utk jamaah muslimah pd setiap generasi. Maka selayaknya kita harus menghadirkan persepsi kita seperti generasi Islam pertama saat diturunkan kepada mereka Al-Quran pertama kali sehingga mereka bergerak dalam realita kehidupan mereka secara nyata.
Dengan teori ini kita akan dapat melihat kehidupan yang bergerak di tengah kehidupan generasi Islam pertama, & begitupun dg kehidupan kita saat ini; kita merasakan bahwa Al-Qur’an akan selalu bersama kita saat ini & nanti –masa mendatang-, & Al-Qur’an bukan hanya sekedar bacaan saja yang jauh dari kehidupan nyata yang terbatas. (6)
“Bahwa nash-nash Al-Quran tidak akan dapat difahami dg baik hanya melalui pemahaman dari petunjuk-petunjuk secara bayan & bahasa saja, namun yang pertama kali -dan sebelum yang lainnya- yang harus dilakukan adalah dg merasakan kehidupan dalam suasana sejarah pergerakan & dalam realita positif, & menghubungkannya dg realita kehidupan nyata. Karena Al-Qur’an tidak akan terbuka rahasianya hanya melalui pandangan yang jauh ini kecuali dalam wujud persesuaian realita sejarah, sehingga akan tampak sentuhan-sentuhannya yang kontinyu, objektivitasnya yang terus menerus. Namun bagi siapa yang bergerak dg ajarannya saja, yaitu mereka yang hanya membahas nash-nash Al-Quran dari segi bahasa & bayan saja, maka hanya akan mendapat luarnya saja, sementara bagian dalamnya jauh dari hatinya. (7)
Sesungguhnya Al-Quran memiliki tabiat pergerakan & misi yang nyata, hidup & bergerak, dari sini berarti Al-Quran tidak akan bisa dirasakan & dinikmati dg baik kecuali bagi siapa yang bergerak secara benar & pasti dalam realita kehidupannya. Beliau berkata : “sesungguhnya Al-Qur’an tidak bisa dirasakan kecuali yang turun & bergelut dalam kancah peperangan ini, bergerak seperti yang terjadi sebelumnya saat pertama kali diturunkan Al-Quran. Sedangkan mereka Mempelajari Al-Quran dari segi bayan / sekedar seninya saja, maka tidak akan dapat memiliki hakekat kebenaran sedikitpun darinya hanya sekedar duduk-duduk, berdiam diri & merasa tenang, namun jauh dari kancah pertempuran & jauh dari pergerakan.
Bahwa hakekat Al-Quran ini, selamanya tidak akan dapat direngkuh oleh orang-orang yang malas; & bahwa rahasia yang terkandung didalamnya tidak akan muncul bagi siapa yang terpengaruh dg ketentraman & ketenangan beribadah kepada selain Allah, bergaul utk thogut-thogut musuh Allah & umat Islam. (8)
Bahwa pengertian diatas dikuatkan dg pernyataan lainnya : “Demikianlah Al-Quran akan terus bergerak pd hari ini & esok –masa mendatang- dalam memunculkan kebangkitan Islam, menggerakannya dalam jalan dawah yang terprogram”.
Gerakan ini tentunya butuh kepada Al-Quran yang memberikan ilham & wahyu. Ilham dalam manhaj haraki, konsep & langkah-langkahnya, sedangkan wahyu mengarahkan konsep & langkah tersebut jika dibutuhkan, & memberi kekuatan batin terhadap apa yang akan dihadapi di penghujung jalan.
Al-Quran –dalam persepsi ini- tidak hanya sekedar ayat-ayat yang dibaca utk meminta berkah, namun didalamnya berlimpahan kehidupan yang selalu turun atas jamaah muslimah yang bergerak bersamanya, mengikuti arahan-arahannya, & mengharap ganjaran & janji Allah SWT.
Inilah yang kami maksud bahwa Al-Quran tidak akan terbuka rahasia-rahasianya kecuali bagi golongan muslim yang berinteraksi dengannya utk merealisasikan petunjuk-petunjuknya di alam realita, bukan bagi mereka yang hanya sekedar membacanya utk meminta berkah ! bukan bagi mereka yang membacanya hanya utk belajar seni & keilmuan, & juga bukan bagi mereka yang hanya mempelajari & membahas dalam bidang bayan saja !
Mereka semua sama sekali tidak akan mendapatkan dari Al-Quran sesuatu apapun, karena Al-Quran tidak diturunkan bukan utk sekedar dipelajari & dijadikan mata pelajaran namun sebagai pelajaran pergerakan & taujih –pemberi petunjuk & arahan-.” (9)
Karena itu, bersegeralah memperbaiki pemahaman Al-Quran & mentadabburkannya, berinteraksi dengannya seputar teori pergerakan, menggunakan kunci-kunci yang memberi petunjuk dalam berinteraksi & mentadabburkan Al-Qur’an. Karena yang demikian sesuai dg tabiat dasar Al-Quran yang mulia & karakteristiknya yang unik. Dan ketahuilah bahwa yang demikian itu adalah “Realita pergerakan” sebagai kunci dalam berinteraksi dg Al-Kitab yang mengagumkan & mukjizat yang indah & memberi petunjuk.
”Karena itu gerakan Islam akan selalu berhadapan –yang menjadi kebutuhan & tuntutan- setiap kali berulang masa ini (masa penghalangan dawah Islam di Mekkah antara tahun kesedihan & Hijrah), seperti yang dihadapi gerakan Islam sekarang di era modern ini.
Dan yang demikian harus disertai dg keadaan, situasi, kondisi, kebutuhan, & tuntuan realita amaliyah seperti saat diturunkannya Al-Quran pertama kali. Dan hal tersebut guna mengetahui arah tujuan nash & aspek-aspek petunjuk-petunjuknya, meneropong sentuhan-sentuhannya yang selalu bergerak di tengah kehidupan yang selalu berhadapan dg realita sebagaimana makhluk hidup yang bergerak –berinteraksi dengannya / berseberangan dengannya. Pandangan ini merupakan perkara yang sangat urgen guna memahami hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Quran & merasakan kenikmatan bersamanya. Sebagaimana ia juga sangat penting utk dapat memanfaatkan petunjuk-petunjuknya setiap kali berulang suasana & situasi di masa sejarah yang akan datang, khususnya zaman yang sedang kita hadapi saat ini, saat kita bergelut dalam pergerakan dawah islam.
Bahwa tidak akan ditemukan pandangan ini kecuali mereka yang bergerak secara pasti dg agama ini dalam menghadapi & memberantas kejahilian modern, karena umat akan menghadapi peristiwa, suasana & situasi seperti yang di hadapi oleh generasi awal dawah & kaum kaum muslimin bersamanya. (10)
كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللّهِ وَاللّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
kam min fiatin qaliilatin ghalabat fiatan katsiiratan bi idznillah, wallahu ma'ashshaabiriin.
"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. 2: 249)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
( QS.Al Fatihah : 5)
كهيعص
1. Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad ( QS.Maryam : 1)
حم عسق
Haa Miim 'Ain Siin Qaaf (QS.Al Shura 1-2)
خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوبِهمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عظِيمٌ
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. ( QS. Al Baqarah 2:7 )
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. ( QS.Yaa Siin :65 )
لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
“La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhiim”
"Siapa yang membaca " HAUQOLAH " setiap hari 100 x maka tidak akan terkena miskin" ( HR.Dailami ).
"Maukah kamu aku beritahu tentang kalimat yang menjadi simpanan syurga dan dapat memasukkan ke dalam syurga ?, yaitulah kalimat " HAUQOLAH ".( HR.Muslim ).
Ada Sebuah Kisah Dari Mbah Guugle :
Setelah Allah menciptakan para malaikat pemikul Arasy, Allah berfirman kepada mereka : "Pikullah Arasy-Ku !!" Tetapi mereka tidak kuat untuk memikulnya. Lalu Allah menjadikan masing-masing malaikat tersebut memiliki kekuatan seperti kekuatan seluruh malaikat yang ada di semua langit tujuh. Lalu Allah pun berfirman kembali kepada mereka, "Pikullah Arasy-Ku !!". Namun apa daya, mereka, para malaikat pemikul Arasy tersebut masih belum mampu memikul Arasy. Lalu Allah kemudian menambah tenaga / kekuatan malaikat tersebut setara dengan gabungan kekuatan para malaikat yang ada di langit dan seluruh manusia yang ada di bumi. Kemudian Allah berfirman kembali, "Pikullah Arasy-Ku!!" Tetapi tetap mereka belum juga mampu untuk memikul Arasy. Akhirnya, Allah berfirman kepada mereka, "Katakanlah, Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah."
Setelah mereka mengucapkan kalimat Hauqolah tersebut, mereka menjadi mampu untuk mengangkat / memikul Arasy, namun kaki-kaki mereka menjadi terjerembab dan menancap sampai pada lapis bumi ketujuh dan terus melesat seperti kecepatan kekuatan angin, sehingga telapak kaki mereka tidak berpijak, mereka pun menjadi bergelantungan berpegangan terhadap Arasy. Karena terjadi hal seperti tersebut, mereka terus-menerus mengucapkan kalimat Hauqolah itu, dan tidak berani main-main dalam mengucapkannya, karena takut sewaktu-waktu mereka akan jatuh, sementara mereka sedang asyik memikul Arasy.
Dengan demikian para malaikat pemikul Arasy itu, memikulnya dan Arasy pun memikul / menarik mereka (saling tarik-menarik), sehingga masing-masing menanggung beban berat atas kekuasaan Allah SWT.
Maraji’
(1). lihat: Muqaddimah Fi Zhilalil Quran & Biodata Sayyid Qutb pd surat Al-Araf.
(2). Lihat: Al-Manhaj Al-Haraki Fi Az-Zhilal.
(3). Lihat: Khasais At-Tashawur Al-Islami, Sayyid Qutb, hal. 7-8
(4). Lihat: Fi Zhilalil Qur’an, jil. 2, hal. 1016-1017
(5). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 1, hal. 61
(6). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 1, hal. 348-349
(7). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil 3, hal. 1453
(8). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 4, hal. 1864
(9). Lihat: Fi Zhilalil Quran, jil. 4, hal. 1948
(10). Fi Zhilalil Quran, jil. 4, hal. 2121-2122
Sumber: al-ikhwan.net
Labels:
Zikir
Thanks for reading Hizib NAQS ; The Ultimate Power. Please share...!
0 Comment for "Hizib NAQS ; The Ultimate Power"